Jakarta, blessedbeyondwords.com – Sebagai seorang pencinta kuliner, saya selalu penasaran kenapa beberapa makanan bisa tiba-tiba viral, sementara yang lain tenggelam begitu saja. Lalu datanglah cheddar biscuit, si camilan gurih yang belakangan ini muncul di mana-mana—dari Instagram story teman sampai menu brunch di kafe-kafe fancy Jakarta Selatan.
Bentuknya sederhana: bulat, agak gepeng, dan kalau dipotong dua, terlihat tekstur yang berlapis dan keju yang meleleh halus. Tapi jangan tertipu tampilannya yang humble. Cheddar biscuit ini punya daya tarik yang sulit dijelaskan.
Minggu lalu, saya duduk di sebuah kafe artisan di Kemang. Sambil menunggu kopi, saya pesan cheddar biscuit karena tertarik dari deskripsinya: “Savory, buttery, with aged cheddar and a pinch of rosemary.” Saat gigitan pertama? Boom. Gurihnya nendang. Wangi mentega dan kejunya bersatu dalam harmoni yang bikin saya diam sebentar, memejamkan mata.
Mungkin terdengar dramatis, tapi percayalah—cheddar biscuit yang dibuat dengan teknik dan bahan yang pas bisa lebih memuaskan dari seporsi pasta mahal.
Tapi dari mana sebenarnya asal-usul makanan ini? Apakah hanya sekadar tren atau memang ada sejarah dan budaya yang mendalam di balik si gurih ini?
Dari Selatan Amerika ke Lidah Dunia
Cheddar biscuit, meski terlihat seperti camilan modern, sebenarnya punya akar yang dalam di budaya kuliner Amerika bagian Selatan. Di sana, biscuit bukan berarti biskuit seperti kita kenal di Indonesia—yang renyah dan manis. Ini lebih mirip roti kecil yang padat, lembut, dan biasanya disajikan hangat dengan butter atau saus.
Lalu, ketika elemen keju cheddar—yang berasal dari Inggris dan dikenal sejak abad ke-12—mulai dimasukkan ke dalam adonan biscuit, muncullah si cheddar biscuit.
Kombinasi ini berhasil banget. Keju memberikan rasa asin-gurih dan tekstur meleleh di bagian dalam, sementara teknik memanggang khas Southern biscuit menciptakan lapisan luar yang renyah tapi nggak keras.
Kalau kamu pernah ke restoran Red Lobster di Amerika, kamu pasti tahu mereka terkenal banget dengan “Cheddar Bay Biscuits”. Bahkan sampai ada gerakan fans khusus di Reddit yang secara rutin sharing resep duplikatnya.
Tapi tren cheddar biscuit nggak berhenti di sana. Kini, banyak chef muda dan home baker kreatif di Indonesia juga mulai mengeksplorasinya. Mulai dari versi mini untuk hampers, sampai yang diisi daging asap, telur, atau jamur truffle.
Dan seperti yang sering terjadi di dunia kuliner: ketika makanan masuk ke tangan kreatif Gen Z dan Milenial, lahirlah versi-versi baru yang lebih eksploratif dan… ya, Instagrammable.
Resep dan Rahasia Dapur—Cara Bikin Cheddar Biscuit Anti Gagal
Oke, sekarang kita masuk ke bagian yang paling ditunggu-tunggu: cara bikin cheddar biscuit sendiri di rumah. Gampang? Ya dan tidak. Simpel dari bahan, tapi tekniknya butuh perhatian.
Bahan Dasar:
-
250 gram tepung terigu protein sedang
-
1 sdm baking powder
-
1/2 sdt garam
-
100 gram mentega dingin (harus dingin!)
-
120 ml susu full cream dingin
-
150 gram keju cheddar parut (pilih yang tajam atau aged cheddar)
-
Opsional: daun bawang cincang, bubuk bawang putih, atau sejumput thyme kering
Tips Kunci:
-
Gunakan mentega dingin, potong dadu kecil-kecil. Kalau perlu, bekukan dulu 10 menit sebelum dicampur.
-
Jangan overmix. Setelah mentega dimasukkan ke adonan, cukup aduk asal tercampur. Adonan sedikit menggumpal? Justru itu bagus.
-
Keju cheddar bisa dicampur ke adonan atau ditabur di atas sebelum dipanggang.
-
Oven preheated itu wajib. Panggang di suhu 200°C selama 15–18 menit atau sampai keemasan.
Saya sendiri pernah gagal bikin karena terlalu semangat mengaduk. Hasilnya? Biscuit keras dan flat. Tapi setelah coba teknik “folding” ringan seperti puff pastry, hasilnya jauh lebih flaky dan wangi.
Dan jangan lupa, cheddar biscuit paling nikmat dimakan hangat. Bisa langsung dimakan, disajikan dengan sup, atau dibelah lalu diisi scrambled egg dan saus sambal homemade.
Cheddar Biscuit dan Gaya Hidup Modern—Kudapan yang Nyambung Sama Segalanya
Salah satu alasan kenapa cheddar biscuit booming di era sekarang adalah versatilitas dan kesesuaiannya dengan gaya hidup cepat tapi penuh eksplorasi rasa. Makanan ini bisa masuk ke banyak situasi.
Pagi-pagi buru-buru kerja? Ambil cheddar biscuit dari kulkas, panaskan sebentar, makan di jalan.
Butuh teman ngeteh sore? Sajikan cheddar biscuit kecil dengan krim keju dan madu.
Pengen bikin bekal anak yang praktis tapi bergizi? Isi cheddar biscuit dengan ayam suwir atau potongan telur dadar.
Bahkan, beberapa brand bakery lokal seperti BEAU, Dear Butter, hingga home baker yang viral di TikTok mulai rutin menampilkan cheddar biscuit sebagai menu rotasi mereka.
Menurut artikel dari media kuliner lokal, pencarian kata kunci “cheddar biscuit” di Indonesia meningkat 3 kali lipat dalam 12 bulan terakhir. Itu angka yang nggak main-main. Artinya, tren ini bukan cuma karena lucu di kamera, tapi karena memang… ya, enak dan relevan.
Beyond Trends—Apakah Cheddar Biscuit Akan Bertahan?
Satu hal yang selalu saya pertanyakan dari tren makanan adalah: akan bertahan atau hanya sesaat?
Melihat sejarah cheddar biscuit, rasanya kecil kemungkinan makanan ini bakal tenggelam seperti rainbow bagel atau ramen burger. Alasannya sederhana: cheddar biscuit menyentuh rasa dasar yang kita semua sukai—gurih, lembut, dan bikin kenyang.
Dan sekarang ketika banyak orang mulai mencari kenyamanan dari makanan (comfort food) setelah melewati masa pandemi, camilan seperti cheddar biscuit bisa memberikan kehangatan emosional dan fisik sekaligus.
Jangan lupa, di era ini orang juga semakin suka bikin makanan sendiri di rumah. Dan cheddar biscuit sangat cocok untuk itu: bahan mudah, hasil memuaskan, bisa dikreasikan sesuka hati.
Entah disajikan sebagai pendamping brunch, dibungkus rapi sebagai hampers Lebaran, atau sekadar teman santai di akhir pekan—cheddar biscuit sudah resmi masuk ke daftar makanan “go-to” generasi sekarang.
Kesimpulan: Rasa, Gaya, dan Tradisi dalam Satu Gigit
Cheddar biscuit bukan sekadar makanan. Ia adalah hasil dari evolusi budaya, teknologi dapur, dan kreativitas generasi masa kini.
Mulai dari resep kuno Amerika hingga versi fancy ala kafe hits Jakarta, cheddar biscuit membuktikan bahwa makanan enak itu tidak harus rumit.
Jadi, kalau kamu belum pernah coba bikin sendiri, mungkin ini saatnya. Siapa tahu, satu loyang cheddar biscuit bisa membuka pintu hobi baru—atau bahkan usaha kecil yang menjanjikan.
Dan percayalah, begitu kamu merasakan renyah luar dan lelehan keju di dalamnya… susah untuk berhenti di satu gigitan.
Baca Juga Artikel dari: Gulai Tunjang Nikmatnya Kaki Sapi Berbumbu Kaya
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food