Jakarta, blessedbeyondwords.com – Di antara semua jenis kue yang pernah ada, hanya sedikit yang bisa menandingi reputasi cheesecake. Lembut, manis, dan kaya rasa, kue ini telah menempuh perjalanan panjang dari zaman kuno hingga menjadi simbol dessert modern. Tapi tahukah kamu bahwa akar cheesecake ternyata bukan dari Amerika, melainkan dari peradaban Yunani kuno?
Catatan sejarah menunjukkan bahwa cheesecake pertama kali disajikan pada Olimpiade pertama di Yunani tahun 776 SM. Konon, para atlet memakan kue berbahan dasar keju kambing, madu, dan gandum sebagai sumber energi. Dalam budaya Yunani, keju adalah simbol kekuatan—dan cheese cake dianggap sebagai makanan bergizi tinggi yang bisa meningkatkan stamina.
Namun, versi modernnya baru lahir berabad-abad kemudian.
Ketika Romawi menaklukkan Yunani, mereka membawa resep kue ini ke seluruh Eropa. Di Italia, cheesecake berevolusi dengan keju ricotta, sementara di Inggris, koki lokal mengganti bahan dengan cream cheese yang lembut dan lebih gurih. Dan di sinilah revolusi besar terjadi: tahun 1872, seorang pembuat keju asal New York bernama William Lawrence secara tak sengaja menciptakan cream cheese modern saat mencoba meniru keju Prancis bernama Neufchâtel. Dari sinilah lahir New York Cheese cake—ikon kuliner yang mendunia.
Di Indonesia sendiri, cheesecake baru mulai populer di akhir 1990-an. Awalnya, hanya restoran hotel berbintang yang menyajikannya. Tapi berkat pengaruh budaya pop dan media sosial, kini cheesecake bisa ditemukan di mana-mana: dari kafe minimalis di sudut kota hingga toko roti daring milik anak muda.
Yang menarik, setiap daerah kini menambahkan sentuhan lokal pada cheesecake. Ada yang menggunakan keju Edam Belanda, ada juga yang menambahkan rasa pandan, klepon, bahkan durian. Ini menunjukkan bahwa makanan, seberapapun “baratnya,” bisa beradaptasi dengan lidah Nusantara.
Rahasia Tekstur dan Cita Rasa – Mengapa Cheesecake Begitu Disukai
Jika kamu pernah mencicipi cheesecake yang sempurna, kamu tahu sensasi itu: gigitan pertama yang lembut, sedikit asam dari keju, manis dari gula, dan aroma vanila yang menenangkan. Semua elemen berpadu menciptakan keseimbangan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Tapi apa sebenarnya yang membuat cheese cake begitu istimewa?
Kuncinya ada pada tekstur dan suhu.
Berbeda dengan kue lain yang mengandalkan tepung dan ragi, cheesecake mendapatkan struktur utamanya dari telur dan keju. Ketika dipanggang, protein telur menggumpal dan menciptakan jaringan lembut yang menahan kelembapan. Inilah yang memberi efek “meleleh di mulut.”
Namun, yang menarik, tidak semua cheesecake dipanggang. Di dunia kuliner, ada dua jenis besar: baked cheesecake dan no-bake cheesecake.
-
Baked cheese cake biasanya lebih padat dan creamy, karena dipanggang perlahan di oven dengan suhu rendah. Versi ini sering menggunakan water bath (panggang dengan loyang berisi air) agar hasilnya halus tanpa retak.
-
No-bake cheesecake sebaliknya, lebih ringan dan lembut karena mengandalkan gelatin untuk mengikat adonan. Jenis ini populer di daerah tropis seperti Indonesia karena tidak membutuhkan oven.
Selain teknik, pemilihan keju juga berperan penting.
Keju krim seperti Philadelphia Cream Cheese menghasilkan rasa lembut dan sedikit asam. Sementara keju mascarpone (yang sering digunakan pada Italian Cheesecake) memberi sensasi manis dan halus, cocok bagi yang tak suka rasa keju yang kuat.
Bahkan di Jepang, muncul varian Japanese Cotton Cheesecake—ringan seperti awan, dengan tekstur menyerupai souffle. Di negara itu, cheese cake bukan hanya kue, tapi pengalaman emosional.
Salah satu kisah menarik datang dari chef kafe di Bandung yang sempat viral karena burnt cheesecake-nya. Ia berkata, “Awalnya aku buat gosong karena salah suhu, tapi justru pelanggan suka karena aromanya khas dan rasanya unik.” Dari “kesalahan dapur” itu, lahirlah Basque Burnt Cheese cake—versi modern asal Spanyol yang kini jadi tren di seluruh dunia.
Variasi Cheesecake dari Berbagai Negara – Global, tapi Punya Cita Rasa Lokal
Meski berasal dari Eropa, cheesecake kini punya banyak wajah di berbagai belahan dunia. Setiap negara memberi identitas berbeda, tergantung bahan lokal dan selera masyarakatnya.
-
New York Cheesecake (Amerika Serikat)
Ini versi paling klasik: tebal, padat, dan kaya rasa. Menggunakan cream cheese, telur, dan heavy cream, dipanggang perlahan hingga permukaannya kecokelatan. Biasanya disajikan tanpa topping, hanya dengan saus stroberi atau blueberry di atasnya. -
Japanese Cheesecake (Jepang)
Lembut, ringan, dan hampir seperti spons. Teksturnya dihasilkan dari putih telur yang dikocok hingga mengembang, lalu dicampur dengan adonan keju. Rasanya tidak terlalu manis, cocok untuk pecinta dessert lembut. -
Italian Ricotta Cheesecake (Italia)
Menggunakan keju ricotta yang lebih berbutir dan rendah lemak, hasilnya lebih ringan dan sedikit gurih. Biasanya ditambah kulit lemon atau jeruk untuk aroma segar. -
Basque Burnt Cheesecake (Spanyol)
Seolah tak sengaja dibuat gosong, cheesecake ini dipanggang pada suhu tinggi hingga bagian luar terbakar dan karamelisasi. Dalamnya lembut, hampir seperti puding. Warna gelapnya justru jadi daya tarik. -
Indonesian Fusion Cheesecake (Indonesia)
Ini versi lokal yang terus berevolusi. Ada Klepon Cheesecake dengan isian gula merah, Pandan Cheese cake yang harum, hingga Durian Cheesecake bagi pecinta aroma tajam. Bahkan beberapa toko menghadirkan Oreo Cheesecake dan Lotus Biscoff Cheese cake yang lebih kekinian.
Yang menarik, beberapa pembuat kue lokal mulai menggunakan bahan-bahan seperti keju kraft cheddar atau susu kental manis untuk menciptakan cita rasa “Indonesia banget”. Tidak selalu ortodoks, tapi justru itulah yang membuatnya spesial: cheese cake menjadi wadah kreativitas lintas budaya.
Cara Membuat Cheesecake yang Sempurna di Rumah
Membuat cheesecake di rumah bisa jadi tantangan sekaligus pengalaman menyenangkan. Banyak orang berpikir ini kue sulit karena teknik panggangnya rumit, padahal dengan langkah yang tepat, hasilnya bisa setara kafe ternama.
Berikut panduan membuat classic baked cheesecake yang bisa kamu coba di dapur sendiri.
Bahan dasar:
-
250 gram cream cheese
-
100 gram gula pasir
-
2 butir telur
-
100 ml heavy cream (atau susu cair full cream)
-
1 sdm tepung maizena
-
1 sdt air lemon
-
1 sdt vanila ekstrak
-
100 gram biskuit marie (dihancurkan)
-
50 gram mentega cair
Langkah-langkah:
-
Buat dasar kue (crust): Campurkan biskuit yang sudah dihancurkan dengan mentega cair. Tekan ke dasar loyang springform, lalu panggang selama 10 menit di suhu 160°C. Dinginkan.
-
Buat adonan keju: Kocok cream cheese dan gula hingga halus. Tambahkan telur satu per satu, lalu masukkan heavy cream, air lemon, dan vanila. Aduk hingga rata.
-
Panggang dengan teknik water bath: Tuang adonan ke atas crust. Letakkan loyang di atas wadah berisi air panas, lalu panggang 45–60 menit di suhu 150°C.
-
Dinginkan perlahan: Matikan oven dan biarkan kue tetap di dalam selama 30 menit agar tidak retak. Setelah itu, simpan di kulkas minimal 4 jam sebelum disajikan.
Untuk no-bake cheesecake, kamu bisa mengganti proses panggang dengan pendinginan selama 6–8 jam di kulkas, menggunakan gelatin sebagai pengikat.
Tips tambahan:
-
Gunakan keju suhu ruang agar mudah dikocok.
-
Hindari mengocok terlalu lama—udara berlebih bisa menyebabkan retak saat dipanggang.
-
Jika ingin hasil lebih ringan, campurkan sedikit yogurt atau sour cream.
Chef pastry ternama pernah berkata, “Membuat cheese cake itu seperti merawat emosi. Jika kamu sabar dan tenang, hasilnya akan lembut sempurna.”
Dan memang benar—setiap tahapnya mengajarkan kesabaran.
Cheesecake dalam Budaya Pop dan Tren Kuliner Indonesia
Tidak bisa dipungkiri, cheesecake kini bukan sekadar makanan, tapi juga fenomena budaya. Dalam beberapa tahun terakhir, dessert ini jadi bintang di media sosial. Video potongan burnt cheese cake yang lembut mengalir di feed Instagram, sementara versi mini dalam cup dijual di marketplace dengan desain yang aesthetic.
Tren ini berakar dari dua hal: kemudahan adaptasi dan visual yang menggoda. Cheesecake mudah disesuaikan dengan berbagai topping—buah, cokelat, kopi, bahkan teh hijau. Selain itu, tampilannya yang lembut dan glossy menjadikannya ideal untuk difoto. Tak heran, banyak toko kue kecil sukses berkat tampilan cheese cake yang viral.
Di Indonesia, sejumlah brand lokal seperti kafe artisan dan bakery premium telah menjadikan cheese cake sebagai menu andalan. Bahkan beberapa kota seperti Bandung dan Surabaya dikenal dengan Japanese cheesecake-nya yang lembut.
Namun, tren yang paling kuat belakangan ini adalah Basque burnt cheese cake—versi gosong yang menggoda. Kue ini muncul sebagai simbol kesederhanaan yang elegan. Tidak sempurna, tapi justru itu yang membuatnya indah.
Selain itu, muncul pula inovasi unik seperti cheese cake jar—dessert yang disajikan dalam toples kecil, praktis dibawa dan disimpan. Cocok untuk generasi muda yang menyukai sesuatu yang cepat, modern, tapi tetap premium.
Ada juga pengaruh budaya K-drama yang membuat cheesecake semakin populer. Dalam beberapa serial Korea, kue ini sering muncul sebagai simbol momen manis: perayaan kecil, pengakuan cinta, atau waktu istirahat di tengah kesibukan. Penonton pun ikut tergoda untuk mencicipinya.
Yang menarik, cheesecake kini juga sering muncul dalam versi lokal khas Indonesia. Di Jogja, misalnya, ada Cheesecake Gula Aren, sedangkan di Medan ada Cheese cake Durian. Ini bukti bahwa makanan global bisa berakulturasi tanpa kehilangan jiwanya.
Dan di sinilah letak kekuatan sejati cheese cake: ia mampu menjadi cermin dari budaya yang memakannya.
Penutup: Cheesecake, Kue yang Lebih dari Sekadar Manis
Jika ada satu hal yang membuat cheesecake istimewa, itu bukan sekadar rasanya. Tapi perjalanan panjangnya—dari kue atlet Yunani kuno hingga hidangan elegan di kafe modern. Ia adalah perpaduan antara sejarah, sains, dan seni.
Setiap potong cheesecake mengandung cerita: tentang kesabaran dalam proses, tentang eksperimen rasa, dan tentang bagaimana sesuatu yang sederhana bisa menjadi luar biasa jika dibuat dengan hati.
Entah kamu penggemar New York Cheese cake yang klasik, Basque Burnt Cheese cake yang smoky, atau versi lokal dengan pandan dan durian—semuanya punya keunikan yang sama: keju yang lembut, rasa yang menenangkan, dan kenangan yang hangat.
Dan mungkin, itulah sebabnya cheesecake tidak pernah lekang oleh waktu. Ia tidak hanya memanjakan lidah, tapi juga menyentuh perasaan—setiap gigitannya adalah pengingat bahwa hal manis dalam hidup kadang datang dari proses yang panjang dan sabar.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food
Baca Juga Artikel Dari: Mille Crepes: Lapisan Manis yang Menyimpan Seni dan Kesabaran