Feng Zhao

Feng Zhao: Lezatnya Ceker Ayam Saus Manis Bikin Ketagihan

Sore itu, hujan rintik turun di sekitaran daerah Pluit. Di ujung sebuah gang kecil yang nyaris luput dari pandangan pengunjung mall, tampak antrean memanjang. Sebagian berdiri di bawah payung, sebagian lain sabar bergelantungan di motor. Di balik kerumunan itu, ada satu meja sederhana dan spanduk bertuliskan nama yang sekarang makin sering terdengar di telinga para pecinta kuliner: Feng Zhao.

Bukan nama toko baju, bukan nama pemain bola, tapi… nama jajanan ceker ayam.

Lucunya, banyak yang awalnya menyangka “Feng Zhao” adalah nama pendirinya. Tapi ternyata, menurut obrolan ringan saya dengan salah satu penjaga stand, Feng Zhao itu artinya “kuku angin” dalam bahasa Mandarin—atau lebih tepatnya, istilah simbolik untuk ceker ayam yang dimasak dalam balutan rasa menggoda. Apakah benar begitu? Mungkin perlu riset etimologi lebih dalam. Tapi satu hal yang pasti: rasanya bukan main.

Di balik kesederhanaannya, Feng Zhao berhasil mencuri perhatian. Bukan karena iklan, bukan karena endorse besar-besaran, tapi karena rasa. Ceker ayam—bagian tubuh unggas yang dulu sering dianggap “kelas dua”—diolah menjadi camilan berkelas rasa bintang lima.

Ceker Ayam—Dari Dapur Tradisional ke Kuliner Urban Kekinian

Feng Zhao

Mari mundur sedikit.

Ceker ayam, dalam sejarah kuliner Indonesia (dan Asia secara umum), adalah bahan masakan yang underrated. Banyak orang dulu merasa “ew” dengan teksturnya yang kenyal, penuh tulang kecil, dan dianggap kurang bergizi. Tapi di dapur tradisional, justru di sanalah rasa terkonsentrasi.

Di masakan Jawa, ceker biasa direbus dengan sayur sop. di Tiongkok, dijadikan dimsum “phoenix claw” dengan bumbu fermentasi. Di Korea, dikenal sebagai dakbal, dan dibumbui super pedas. Bahkan di Surabaya, ceker setan jadi legenda tersendiri.

Nah, Feng Zhao mengambil inspirasi lintas budaya—dari street food Asia Timur hingga selera pedas manis khas Nusantara. Hasilnya? Ceker ayam yang lembut, empuk, berbalut saus kental berwarna merah gelap dengan aroma yang bisa bikin siapa pun lari dari diet harian mereka.

Kalau ditanya rasanya? Bayangkan ceker direbus pelan selama berjam-jam hingga tulangnya lunak. Lalu dimasak dengan saus manis gurih, sedikit pedas, dan taburan wijen di atasnya. Gigitan pertama langsung terasa kombinasi lembut dan chewy, dengan rasa manis yang nempel di lidah.

Apa yang Membuat Feng Zhao Berbeda?

Oke, kita perlu jujur—penjual ceker ayam di Jakarta ada banyak. Di kaki lima, di mall, di GoFood, di sudut warung-warung. Tapi tetap saja, nama Feng Zhao muncul berkali-kali di timeline TikTok dan Instagram. Ada yang rela antre 45 menit. Ada juga yang jauh-jauh datang dari Serpong ke Pluit hanya untuk mencobanya.

Jadi, apa yang bikin Feng Zhao beda?

1. Rasa yang Terukur

Saus manisnya nggak lebay. Manis yang dalam, bukan sekadar gula. Mungkin ada kecap hitam premium atau brown sugar di dalamnya. Pedasnya juga sopan—cukup untuk memberi tendangan, tapi tidak membakar mulut. Ini bikin semua kalangan bisa menikmatinya, dari remaja sampai ibu-ibu arisan.

2. Tekstur Ceker yang Juara

Tidak semua orang bisa bikin ceker yang empuk tapi tidak hancur. Feng Zhao berhasil menjaga keseimbangan ini. Kukunya bersih, kulitnya kenyal, dan bagian dalamnya juicy. Tanda bahwa proses perebusan mereka serius.

3. Penyajian Kekinian

Ceker disajikan dalam kotak kertas hitam, estetik, dengan stiker logo Feng Zhao warna emas. Disertai saus tambahan, kadang juga nasi mini atau topping lain. Cocok banget buat difoto sebelum disantap.

4. Branding yang Konsisten

Walau terdengar sepele, nama Feng Zhao mudah diingat. Terasa eksotis, elegan, dan punya nuansa “street food fusion” yang sedang tren. Mereka tidak hanya jual makanan, mereka jual experience.

5. Varian Menu Kreatif

Beberapa cabang kini punya varian: ceker original, pedas level 3, sampai topping keju mozzarella yang meleleh. Bahkan ada “ceker onigiri” yang dijual sebagai snack hybrid.

Antrean, Review, dan Reaksi Pelanggan—Apakah Hype Ini Layak?

Saya sempat mewawancarai seorang pelanggan di cabang Kemang yang mengaku sudah lima kali makan Feng Zhao dalam dua minggu terakhir. Namanya Linda, seorang freelancer yang tinggal di apartemen dekat situ.

“Awalnya cuma ikut-ikutan temen. Tapi lama-lama, tiap lembur malam kayaknya enak banget makan ini. Apalagi pas dikasih topping kulit ayam renyah, wah… bahagia banget,” katanya sambil ketawa.

TikTok penuh dengan review serupa. Ada yang bilang, “cekernya bikin lupa mantan.” Ada juga yang bikin skoring ala-ala: tekstur 9/10, rasa 10/10, harga 8/10.

Memang, harganya sedikit di atas rata-rata jajanan kaki lima. Satu porsi ceker bisa dibanderol mulai dari Rp 25.000–35.000 tergantung lokasi. Tapi melihat kualitas dan konsistensinya, kebanyakan pelanggan merasa puas.

Beberapa komentar minor memang ada. Misalnya soal antrean yang lama, sistem pre-order yang kadang full, atau cabang yang cepat habis stok. Tapi justru ini membuktikan satu hal: permintaannya gila.

Hype ini bukan semata-mata gimmick. Ada rasa, kualitas, dan konsistensi di baliknya.

Resep Gaya Feng Zhao di Rumah—Bisa Gak, Sih?

Feng Zhao

Bagi kamu yang penasaran, “Bisa nggak sih bikin ceker kayak Feng Zhao di rumah?” Jawabannya: bisa. Tapi ya, siap-siap ekstra sabar dan banyak percobaan.

Berikut ini resep modifikasi rumahan bergaya Feng Zhao yang bisa kamu coba.

Bahan:

  • 500 gram ceker ayam (bersihkan, buang kukunya)

  • 2 sdm kecap manis

  • 1 sdm kecap asin

  • 1 sdt saus tiram

  • 1 sdt minyak wijen

  • 2 sdm gula merah

  • 3 siung bawang putih (geprek)

  • 1 ruas jahe

  • Cabai merah keriting (opsional, sesuai selera)

  • 1 sdm cuka apel / jeruk nipis

  • Air secukupnya

Langkah:

  1. Rebus ceker selama 1 jam dengan air dan sedikit garam hingga empuk tapi tidak hancur. Tiriskan.

  2. Tumis bawang putih dan jahe, masukkan cabai jika ingin pedas.

  3. Tambahkan kecap, saus tiram, gula merah, cuka, dan air. Aduk hingga mendidih.

  4. Masukkan ceker, kecilkan api, dan biarkan saus meresap selama 30–40 menit. Tambahkan air jika perlu.

  5. Terakhir, siram minyak wijen dan aduk rata. Siap disajikan.

Tips tambahan: simpan semalaman di kulkas lalu panaskan keesokan harinya. Rasa akan lebih meresap.

Tentu saja, resep ini tidak 100% seperti Feng Zhao. Tapi cukup mendekati. Dan yang paling penting, kamu bisa eksplor sendiri varian rasa sesuai lidahmu.

Penutup: Feng Zhao dan Ceker Ayam sebagai Simbol Kuliner Era Baru

Feng Zhao bukan hanya tentang ceker ayam. Ia adalah simbol dari sesuatu yang lebih besar—tentang bagaimana makanan sederhana bisa naik kelas lewat kreativitas, konsistensi, dan pengalaman rasa.

Kita hidup di zaman di mana orang tidak hanya mencari makanan enak, tapi juga makanan yang “bisa diceritakan.” Yang bisa dibagikan ke teman, di media sosial, atau sekadar jadi topik obrolan saat nongkrong.

Dan Feng Zhao berhasil menciptakan itu. Dari sebuah bahan yang dulu dianggap tak penting, lahirlah sesuatu yang sekarang jadi hits di banyak kota besar.

Apakah kamu tim ceker? Atau masih ragu karena teksturnya? Mungkin sekarang saatnya kasih kesempatan lagi. Karena siapa tahu, dalam satu gigitan lembut itu, kamu akan mengerti kenapa banyak orang rela antre hanya untuk seporsi ceker ayam dengan saus manis ala Feng Zhao.

Baca Juga Artikel dari: Char Siu: Menyusuri Jejak Gurih Si Daging Panggang Goltogel

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Author