Jakarta, blessedbeyondwords.com – Beberapa tahun lalu, di awal masa pandemi global, dunia berubah drastis. Di tengah isolasi dan kecemasan, muncul satu hal yang menyatukan banyak orang dari berbagai belahan dunia: secangkir kopi dengan busa kental berwarna karamel, dibuat hanya dari tiga bahan dasar. Namanya? Kopi Dalgona.
Saat itu, hampir semua orang mencoba membuatnya. Platform seperti TikTok, Instagram, bahkan Twitter dipenuhi video tutorial berdurasi 30 detik yang memperlihatkan tangan mengocok kopi instan, gula, dan air panas hingga berbusa sempurna. Di Indonesia sendiri, tren ini meledak luar biasa. Bahkan beberapa selebritas dan content creator lokal ikut meramaikannya.
Tapi sebenarnya, apa sih yang bikin kopi dalgona jadi begitu fenomenal? Apakah ia sekadar tren sesaat atau justru telah membuka jalan baru dalam budaya minum kopi di kalangan generasi muda? Yuk, kita gali lebih dalam.
Asal-Usul Kopi Dalgona: Dari Korea ke Meja Dapur Dunia
Meski dikenal luas sebagai tren TikTok, kopi dalgona sejatinya bukan penemuan baru. Di Korea Selatan, minuman ini mulai viral setelah muncul dalam acara TV “Stars’ Top Recipe at Fun-Staurant” saat aktor Jung Il-woo mencicipi kopi berbuih dari sebuah kedai di Makau.
Karena rasa dan tampilan kopinya mengingatkan pada permen karamel khas Korea bernama “dalgona,” nama itu pun melekat. Padahal, teknik pengocokan kopi ini sudah dikenal sejak lama di berbagai budaya, termasuk di India (dengan nama phenti hui coffee) dan Pakistan.
Yang menarik, di Indonesia sendiri, teknik ini pun bukan barang asing. Beberapa orang tua generasi 90-an mengaku sudah terbiasa mengocok kopi instan dan gula untuk menghasilkan buih tebal. Tapi tentu saja, berkat media sosial dan estetikanya yang sangat Instagrammable, kopi dalgona mendapatkan momentum populernya di era digital.
Resep dan Eksperimen: Simpel tapi Bisa Jadi Kanvas Kreatif
Salah satu alasan kenapa kopi dalgona begitu disukai adalah karena resep dasarnya sangat sederhana. Kamu cuma butuh:
- 2 sdm kopi instan
- 2 sdm gula pasir
- 2 sdm air panas
Campurkan semua dan kocok dengan whisk atau mixer sampai berbusa kental, lalu tuang di atas susu dingin atau hangat. Simpel, tapi memberikan rasa dan tampilan yang luar biasa.
Namun, di tangan kreatif Gen Z dan milenial, kopi dalgona berubah jadi ajang eksperimen. Ada yang menambahkan bubuk cokelat, sirup karamel, matcha, bahkan topping boba. Beberapa kafe kekinian di Jakarta sampai meluncurkan versi dalgona premium dengan espresso shot asli dan foam yang diinfus rasa vanila.
Tika, seorang barista rumahan di Bandung, mengaku menjadikan dalgona sebagai “signature drink” saat mulai jualan kopi via Instagram. “Awalnya iseng bikin dalgona klasik, tapi lama-lama aku tambahkan rasa pandan, stroberi, bahkan durian. Ternyata respons pembeli bagus banget,” katanya sambil tertawa.
Lebih dari Sekadar Minuman: Dalgona Sebagai Pengalaman Sosial
Fenomena dalgona bukan hanya soal rasa. Ia juga punya dimensi sosial yang kuat. Di masa ketika dunia dipaksa diam di rumah, dalgona jadi aktivitas yang menyatukan banyak orang. Proses mengocok yang melelahkan tapi memuaskan jadi simbol ketekunan dan kreativitas di tengah keterbatasan.
Tagar #dalgonacoffee bahkan pernah menduduki trending di berbagai negara. Di Indonesia, muncul gerakan virtual “Dalgona Challenge” yang mengajak orang saling berbagi hasil kocokan mereka. Ada yang kocok manual pakai garpu selama 20 menit, ada juga yang iseng pakai alat bor mini.
Media sosial berubah jadi dapur kolektif raksasa. Ini bukan cuma tentang kopi, tapi tentang komunitas, koneksi, dan perasaan bahwa kita tidak sendirian menghadapi hari-hari yang aneh.
Kopi Dalgona dan Dampaknya di Industri Minuman
Mungkin kamu berpikir, “Ah, itu cuma tren sesaat.” Tapi ternyata, kopi dalgona sempat memberi efek nyata di dunia F&B. Beberapa brand kopi lokal mengaku penjualan produk kopi instan mereka naik drastis selama tren ini berlangsung.
Bahkan, banyak UMKM mulai meracik varian dalgona siap minum dalam botol dan menjualnya via marketplace. Di beberapa wilayah, tren ini bahkan jadi peluang usaha baru. Misalnya, Dini, seorang ibu rumah tangga di Surabaya, yang meracik dalgona botolan dan berhasil menjual ratusan dalam seminggu.
Tak hanya di rumah, kopi dalgona juga masuk ke kafe-kafe mainstream. Beberapa coffee shop besar menjadikan varian ini sebagai menu musiman. Strategi branding yang cerdas, karena minuman ini punya nilai nostalgia dan viralitas tinggi.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Fenomena Kopi Dalgona?
Dari perspektif budaya, dalgona adalah contoh sempurna bagaimana sesuatu yang sederhana bisa menjadi viral jika dikombinasikan dengan waktu, konteks, dan media yang tepat. Ia bukan revolusi kuliner, tapi semacam comfort creation yang muncul di saat dunia membutuhkannya.
Yang menarik, minuman ini juga menunjukkan betapa adaptif dan kreatifnya generasi muda. Dalam situasi sulit, mereka tetap bisa menemukan cara untuk berkreasi, berbagi, dan bahkan berwirausaha. Dalgona, dalam hal ini, jadi simbol daya tahan.
Secara tidak langsung, tren ini juga mengubah cara kita memandang kopi. Kalau sebelumnya kopi instan dianggap “kelas dua” dibandingkan kopi spesialti, dalgona memberi tempat baru bagi kopi instan di hati banyak orang.
Dan siapa sangka, dari secangkir minuman busa manis, muncul cerita-cerita yang menyentuh dan bahkan mengubah hidup banyak orang. Kopi dalgona mungkin sudah tak seviral dulu, tapi warisan rasanya, kreativitasnya, dan semangat di baliknya tetap hidup sampai sekarang.
Penutup: Dalgona Bukan Sekadar Kopi, Tapi Sebuah Momen
Bagi sebagian dari kita, dalgona bukan sekadar minuman. Ia adalah simbol sebuah masa. Masa di mana kita belajar bersabar, beradaptasi, dan menemukan kembali kenikmatan dari hal-hal paling sederhana. Dari dapur rumah kita sendiri, dari kopi sachet yang sudah lama terabaikan.
Hari ini, kamu mungkin jarang lagi melihat dalgona di timeline Instagram. Tapi cobalah sekali-sekali buat lagi, bukan karena ikut tren, tapi karena rasanya enak, prosesnya menyenangkan, dan ceritanya begitu berharga.
Dari hanya tiga bahan, kopi dalgona telah memberi kita lebih dari sekadar rasa: ia memberi kita kenangan, kreativitas, dan rasa terhubung di tengah keterpisahan. Dan itu, menurut saya, lebih berharga dari sekadar buih kopi di atas susu dingin.
Baca Juga Artikel dari: Fu Pei Guen: Sajian Khas yang Menggoda Lidah dan Menyimpan Cerita
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food