Lupis Ketan

Lupis Ketan: Jajanan Tradisional yang Tetap Eksis di Era Modern

Jakarta, blessedbeyondwords.com – Siapa yang tidak pernah mencicipi lupis ketan? Jajanan tradisional ini sering hadir di pasar-pasar pagi, tersusun rapi dalam balutan daun pisang berbentuk segitiga atau silinder, lalu diberi taburan kelapa parut dan siraman gula merah cair yang manis legit.

Bagi banyak orang, terutama generasi 80-an atau 90-an, lupis ketan adalah camilan masa kecil yang penuh kenangan. Ada yang ingat membelinya sepulang sekolah dengan harga seribu rupiah, ada pula yang biasa menikmatinya saat acara hajatan desa.

Seorang pedagang fiktif di Pasar Senen, Jakarta, pernah bercerita, “Saya sudah jualan lupis ketan sejak 1995. Pelanggan saya ada yang sudah jadi orang tua, tapi tetap mampir beli untuk mengenang masa mudanya.” Cerita seperti ini menegaskan bahwa lupis bukan sekadar makanan, melainkan juga simbol kehangatan dan tradisi.

Sejarah dan Filosofi di Balik Lupis Ketan

Lupis Ketan

Lupis ketan dipercaya berasal dari Jawa, meski kini sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Kuliner ini erat kaitannya dengan tradisi masyarakat pedesaan yang mengandalkan ketan sebagai bahan pangan utama selain beras.

Ketan sendiri dalam budaya Jawa melambangkan kebersamaan dan persatuan, karena sifat lengketnya yang merekatkan satu sama lain. Tak heran, lupis ketan sering disajikan dalam acara syukuran atau kenduri sebagai simbol doa agar keluarga dan masyarakat tetap rukun.

Di beberapa daerah, lupis juga hadir pada perayaan tertentu. Misalnya di Jawa Tengah, lupis sering menjadi bagian dari suguhan saat sedekah bumi. Filosofi sederhananya: seperti halnya ketan yang lengket, manusia juga sebaiknya saling melekatkan diri dalam kebersamaan.

Bahan dan Proses Pembuatan Lupis Ketan

Meski terlihat sederhana, membuat lupis ketan membutuhkan kesabaran dan keterampilan. Ada beberapa tahapan penting agar teksturnya pas—tidak terlalu keras, namun tetap kenyal dan legit.

Bahan utama:

  • Beras ketan putih (kadang dicampur ketan hitam untuk variasi)

  • Daun pisang untuk membungkus

  • Kelapa parut muda, dikukus dan diberi sedikit garam

  • Gula merah, dimasak dengan sedikit air untuk siraman cairan manis

Proses pembuatan:

  1. Cuci beras ketan hingga bersih lalu rendam beberapa jam agar lebih mudah dimasak.

  2. Bungkus dengan daun pisang berbentuk segitiga atau silinder, ikat dengan tali rafia atau serat daun pisang.

  3. Rebus dalam air mendidih hingga matang (bisa memakan waktu 2–3 jam).

  4. Setelah dingin, potong-potong dan sajikan dengan kelapa parut serta siraman gula merah cair.

Seorang ibu rumah tangga di Yogyakarta pernah berkata sambil tertawa, “Kalau bikin lupis itu harus sabar. Kalau buru-buru, bisa jadi ketannya masih mentah di dalam, nah itu gagal total.”

Variasi Lupis Ketan di Nusantara

Seiring waktu, lupis ketan tidak hanya ditemukan dalam bentuk klasiknya. Kreativitas pedagang maupun pecinta kuliner membuat jajanan ini punya banyak variasi menarik.

  • Lupis ketan hitam – menggunakan ketan hitam yang memberi rasa lebih gurih dengan tekstur agak kasar.

  • Lupis mini – versi kecil yang biasanya dijual dalam porsi snack box.

  • Lupis modern – disajikan di kafe dengan plating cantik, tambahan es krim, atau gula aren cair.

  • Lupis isi – beberapa kreasi menambahkan isian seperti kacang tanah tumbuk atau bahkan cokelat.

Fenomena ini mirip dengan tren fusion food, di mana makanan tradisional dikemas ulang agar menarik bagi generasi muda tanpa menghilangkan identitas aslinya.

Lupis Ketan di Era Digital: Dari Pasar Tradisional ke Marketplace

Jika dulu kita hanya bisa menemukan lupis ketan di pasar atau pedagang keliling, kini kehadirannya sudah merambah ke marketplace. Banyak UMKM kuliner yang menjual lupis ketan dengan sistem pre-order karena makanan ini sebaiknya dikonsumsi segar.

Di media sosial, lupis ketan sering menjadi konten nostalgia. Video ASMR memotong lupis dan menyiramkan gula merah cair kerap viral karena tampak menggugah selera. Generasi muda yang sebelumnya tidak akrab dengan jajanan pasar pun jadi penasaran untuk mencoba.

Tren ini sekaligus menunjukkan bahwa digitalisasi membawa dampak positif bagi eksistensi kuliner tradisional. Dengan branding yang tepat, lupis ketan tidak hanya bertahan, tapi juga bertransformasi sebagai produk yang relevan di era modern.

Nilai Gizi dan Manfaat Kesehatan Lupis Ketan

Meski sering dianggap jajanan manis biasa, lupis ketan sebenarnya punya kandungan gizi yang cukup baik.

  • Ketan: sumber karbohidrat kompleks yang memberi energi lebih lama.

  • Kelapa parut: kaya serat dan lemak sehat.

  • Gula merah: mengandung mineral seperti zat besi dan magnesium.

Namun, tentu saja konsumsinya tetap harus bijak. Terlalu banyak gula bisa memicu masalah kesehatan. Idealnya, lupis ketan dinikmati sesekali sebagai camilan tradisional, bukan makanan harian.

Seorang ahli gizi fiktif pernah mengingatkan, “Jangan salah, jajanan tradisional seperti lupis itu lebih natural dibanding camilan instan modern. Tapi tetap harus seimbang, jangan berlebihan.”

Kesimpulan: Melestarikan Lupis Ketan sebagai Warisan Kuliner

Lupis ketan bukan sekadar jajanan pasar. Ia adalah bagian dari warisan kuliner Indonesia yang menyimpan cerita, filosofi, dan rasa yang menenangkan. Dari pasar tradisional hingga kafe modern, dari acara desa hingga konten media sosial, lupis tetap punya tempat di hati masyarakat.

Melestarikan lupis ketan berarti juga melestarikan identitas bangsa. Generasi muda perlu terus mengenal, mencoba, dan mengapresiasi kuliner ini. Karena di balik legitnya gula merah dan lembutnya ketan, ada sejarah panjang yang patut dijaga.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Baca Juga Artikel Dari: Kue Jongkong Betawi: Warisan Manis dari Tanah Betawi

Author