Jakarta, blessedbeyondwords.com – Siapa yang tak kenal martabak telur? Hampir di setiap sudut jalanan kota Indonesia, terutama saat malam menjelang, aroma gurih bawang, daging cincang, dan kulit tipis yang digoreng renyah seakan memanggil siapa saja yang lewat. Kudapan ini bukan sekadar makanan ringan, melainkan bagian dari budaya kuliner kita yang terus bertahan lintas generasi.
Martabak telur memang unik. Ia bukan hanya makanan, tapi juga pengalaman. Mulai dari suara “cesss” saat adonan bertemu minyak panas, hingga gaya khas penjual yang cekatan melipat kulit tipis menjadi kotak berisi isian gurih. Semua itu jadi hiburan tersendiri bagi pembeli yang sabar menunggu.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas asal-usul martabak telur, bahan dan resep autentiknya, variasi yang muncul di berbagai daerah, hingga makna sosialnya di tengah masyarakat.
Sejarah dan Asal-Usul Martabak Telur
Martabak telur punya kisah panjang. Menurut catatan kuliner, martabak berasal dari Timur Tengah, khususnya Yaman dan India, dengan nama muttabaq yang berarti “dilipat”. Hidangan ini kemudian menyebar melalui jalur perdagangan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, martabak berkembang menjadi dua jenis populer:
-
Martabak Manis (atau terang bulan di Jawa Barat).
-
Martabak Telur.
Martabak lebih dekat dengan versi Timur Tengah karena menggunakan kulit tipis dan isian daging berbumbu. Namun, masyarakat Indonesia memberi sentuhan lokal dengan tambahan daun bawang, bawang bombay, dan sambal cuka khas.
Anekdot menarik: seorang pedagang martabak di Jakarta pernah bercerita bahwa resep keluarganya sudah turun-temurun sejak tahun 1960-an, ketika ayahnya membuka gerobak martabak di Tanah Abang. Resep itu kini diwariskan pada anaknya yang tetap setia berjualan di lokasi yang sama.
Bahan dan Proses Pembuatan Martabak Telur
Martabak telur dikenal dengan kombinasi sederhana tapi penuh cita rasa.
Bahan utama:
-
Kulit martabak: biasanya dibuat dari campuran tepung, air, dan minyak, ditarik tipis hingga hampir transparan.
-
Telur: sesuai namanya, telur menjadi bahan utama untuk mengikat isian.
-
Daging cincang: bisa sapi atau ayam, ditumis dengan bawang putih, bawang merah, dan bumbu rempah.
-
Daun bawang dan bawang bombay: memberi aroma segar dan rasa khas.
-
Bumbu rempah: garam, merica, dan kadang sedikit kari.
Proses pembuatan:
-
Kulit adonan ditarik tipis di meja besi.
-
Isian berupa campuran daging, telur, dan daun bawang dituangkan di tengah.
-
Kulit dilipat kotak, lalu digoreng di minyak panas hingga kecokelatan.
-
Disajikan dengan acar mentimun dan sambal cuka.
Sensasi menggigit martabak tak tertandingi: kulit luar renyah, bagian dalam lembut dan gurih, dengan ledakan rasa dari bawang dan daging berbumbu.
Variasi Martabak Telur di Indonesia
Martabak telur punya banyak variasi di berbagai daerah.
-
Martabak Telur Mini: versi lebih kecil, biasanya jadi cemilan atau kudapan di rumah.
-
Martabak Mesir: lebih tebal, dengan bumbu kari kuat dan sering ditemukan di Medan atau Aceh.
-
Martabak Telur Bebek: menggunakan telur bebek, rasanya lebih gurih dan khas.
-
Martabak Telur Modern: isian bervariasi, dari mozzarella, kornet, hingga smoked beef.
Di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, inovasi martabak telur bahkan semakin kreatif. Ada yang menambahkan keju lumer, ada juga yang menjual dalam ukuran jumbo untuk pesta keluarga.
Anekdot: seorang food vlogger di Bandung pernah viral karena mengulas martabak isi mozzarella yang meleleh saat dipotong. Video itu langsung membuat antrean panjang di depan gerobak sang penjual.
Makna Sosial Martabak Telur dalam Kehidupan Sehari-Hari
Martabak telur bukan hanya soal makanan, tapi juga soal kebersamaan.
-
Makanan Malam Keluarga: Martabak sering dibeli sepulang kerja untuk disantap bersama keluarga.
-
Simbol Nongkrong: Anak muda sering memesan martabak untuk camilan sambil berkumpul.
-
Kuliner Jalanan Ikonik: Gerobak martabak dengan lampu terang jadi pemandangan khas malam hari di Indonesia.
-
Makanan Perayaan: Martabak telur kerap hadir dalam acara kumpul-kumpul, arisan, hingga pesta kecil.
Di balik popularitasnya, martabak telur juga mencerminkan kreativitas kuliner masyarakat Indonesia—bagaimana kita bisa mengadaptasi hidangan luar negeri menjadi makanan khas yang terasa akrab.
Martabak Telur dalam Industri Kuliner Modern
Kini, martabak telur tak hanya dijual di gerobak pinggir jalan. Banyak restoran modern mengangkat martabak sebagai menu premium.
-
Gerai Franchise: beberapa brand besar menjual martabak dengan branding modern.
-
Restoran Fusion: martabak disajikan dengan topping internasional seperti saus jalapeño atau smoked salmon.
-
Frozen Food: martabak beku kini tersedia di supermarket, memudahkan orang menikmatinya di rumah.
Namun, bagi banyak orang, sensasi membeli langsung di gerobak pinggir jalan tetap tak tergantikan. Ada sesuatu yang autentik dari cara pedagang menyiapkan martabak dengan penuh gaya, sambil mengobrol santai dengan pembeli.
Tips Membuat Martabak Telur di Rumah
Meski terkenal sebagai jajanan jalanan, martabak telur juga bisa dibuat di rumah.
Tips:
-
Gunakan kulit spring roll siap pakai jika sulit membuat kulit martabak.
-
Campurkan telur dan isian secukupnya agar tidak terlalu encer.
-
Gunakan wajan datar anti lengket dengan minyak banyak untuk hasil renyah.
-
Sajikan dengan acar mentimun untuk rasa segar penyeimbang.
Banyak keluarga Indonesia kini menjadikan martabak telur sebagai menu spesial di akhir pekan. Anak-anak biasanya ikut membantu mencampur telur dan daun bawang, sementara orang tua menggorengnya.
Martabak Telur Sebagai Ikon Kuliner Nusantara
Martabak telur adalah simbol kuliner malam Indonesia: sederhana tapi penuh rasa, merakyat tapi juga fleksibel diadaptasi. Dari jalanan Jakarta hingga restoran mewah, martabak tetap punya tempat istimewa di hati pecintanya.
Lebih dari itu, martabak adalah bukti bagaimana makanan bisa menjadi jembatan budaya. Dari Timur Tengah ke Indonesia, dari gerobak kecil ke franchise modern, ia terus berevolusi tanpa kehilangan identitas aslinya.
Kesimpulan
Martabak Telur adalah kudapan gurih yang sudah mendarah daging dalam budaya kuliner Indonesia. Dengan sejarah panjang, cita rasa kaya rempah, variasi unik, hingga kehadirannya di meja makan keluarga, martabak lebih dari sekadar makanan: ia adalah tradisi, identitas, dan kebersamaan.
Di era modern, martabak memang terus berinovasi. Namun satu hal pasti, suara “cesss” di penggorengan dan aroma bawang gorengnya akan selalu jadi panggilan akrab bagi siapa saja yang sedang lapar di tengah malam.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food
Baca Juga Artikel Dari: Tahu Sumedang: Camilan Legendaris yang Bikin Nagih