Jakarta, blessedbeyondwords.com – Saya masih ingat pertemuan pertama saya dengan Pancong Lumer Bulungan. Waktu itu, sekitar pukul 8 malam, saya baru selesai liputan di daerah Blok M. Lapar? Jelas. Tapi bukan lapar nasi, lebih ke lapar “sesuatu yang manis, hangat, dan bisa dimakan sambil duduk selonjoran di pinggir jalan.”
Seorang teman menyarankan, “Cobain pancong lumer di Bulungan, rame terus tuh.”
Dan benar saja. Saat saya sampai, antrean sudah mengular. Beberapa motor terparkir sembarangan, aroma kelapa dan margarin terbawa angin malam, dan wajan datar panas mendesis seperti suara selamat datang.
Sejak saat itu, pancong bukan lagi camilan sederhana dari masa kecil. Di sini, pancong tampil beda. Lumer, kaya topping, dan somehow… hangat sampai ke hati.
Pancong Lumer Bulungan adalah bukti bahwa makanan kaki lima tidak pernah kehilangan tempat di hati orang Jakarta. Ia sederhana, tapi punya daya tarik yang gak main-main. Kalau kamu belum pernah coba, atau sekadar dengar namanya lalu skip—jangan sampai menyesal nanti.
Apa Itu Pancong Lumer dan Kenapa Versi Bulungan Beda dari yang Lain?
Buat kamu yang belum familiar, pancong itu camilan tradisional khas Betawi. Bentuknya mirip kue pukis atau serabi, tapi teksturnya lebih renyah di luar dan lembut di dalam. Bahan dasarnya sederhana: tepung beras, kelapa parut, santan, dan sedikit garam.
Nah, “pancong lumer” adalah inovasi modern dari versi jadul ini.
Pancong Lumer vs Pancong Tradisional
Aspek | Pancong Tradisional | Pancong Lumer Bulungan |
---|---|---|
Tekstur | Kering dan garing | Luar kering, dalam meleleh |
Penyajian | Polos, ditabur gula pasir | Dengan topping melted overload |
Waktu makan | Sarapan atau sore hari | Primetime malam – tengah malam |
Penyajian | Langsung angkat, kering | Disiram susu kental manis, lumer |
Bayangkan potongan pancong panas yang disiram lelehan keju dan cokelat, lalu meleleh di mulut seperti lava cake versi street food. Itulah “pancong lumer” khas Bulungan.
Dan uniknya, kamu bisa mix topping sesuka hati:
-
Keju parut, meleleh sampai nempel ke tisu
-
Cokelat meses dan Nutella, satu gigitan bikin senyum
-
Green tea, red velvet, bahkan Oreo—semua ada
Ini bukan sekadar jajan malam. Ini comfort food yang bisa bikin kamu lupa diet dan lupa pulang.
Lokasi, Suasana, dan Kenapa Pancong Bulungan Selalu Ramai?
Berada di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, warung pancong ini jadi semacam magnet. Lokasinya gak jauh dari SMA 70 dan Gedung Bulungan. Dekat taman, stadion, dan bioskop. Strategis banget.
Titik Koordinat Rasa:
Jl. Bulungan Raya No.64, Jakarta Selatan
Buka: 17.00 – tengah malam (kadang lebih kalau rame)
Kamu akan menemukannya dengan mudah. Cukup cari kerumunan, suara wajan panas, dan jejeran anak muda yang duduk lesehan atau berdiri sambil scroll HP, nunggu pesanan.
Suasana Malam di Bulungan
-
Suara anak motor yang baru nongkrong
-
Tawa-tawa dari gen Z yang baru selesai basket
-
Bau keju dan gula hangus yang menguar ke jalan
-
Musik dari kafe sebelah yang samar-samar terdengar
Makan pancong di Bulungan bukan cuma soal rasa. Ini soal “rasa Jakarta Selatan”—yang urban, santai, dan hidup.
Dari Wajan ke Instagram—Pancong Lumer dan Efek Viral yang Tak Terhindarkan
Sejak 2019, Pancong Lumer Bulungan perlahan tapi pasti jadi bahan konten banyak food blogger. Dari YouTube, Instagram, sampai TikTok, pancong ini mulai masuk radar pecinta kuliner.
Pancong yang Instagrammable
-
Visual topping yang “banjir”
-
Suara krispi saat dipotong
-
Reaksi pengunjung yang selalu “OMG lumer banget!”
Konten seperti ini cepat viral. Dan tentu, algoritma menyukainya.
Kolaborasi & Kreasi
Beberapa waktu lalu, mereka sempat coba menu kolaborasi:
-
Pancong lumer boba
-
Pancong sambal roa (oke, ini niche banget sih)
-
Pancong durian (ini pecah di medsos)
“Kami cuma jajan biasa, eh follower naik 2K gara-gara pancong ini,” ujar salah satu influencer yang saya temui di sana sambil tertawa.
Tren ini menunjukkan satu hal: makanan lokal bisa relevan, bisa keren, dan bisa viral—asal disajikan dengan sentuhan tepat dan konsisten.
Kenapa Pancong Lumer Bulungan Layak Masuk Daftar Wajib Coba?
Oke, kalau kamu sampai di bagian ini, kemungkinan besar kamu udah mulai penasaran. Atau mungkin kamu lagi di Jakarta dan butuh alasan buat keluar malam.
Alasan Kamu Harus Coba:
-
Harga bersahabat
Mulai dari Rp 10.000–Rp 25.000 per porsi. Terjangkau buat semua kalangan nanastoto. -
Bisa request topping suka-suka
Mau setengah keju, setengah cokelat? Bisa. -
Gak cuma enak, tapi juga rame & vibe-nya asik
Cocok buat nongkrong ringan atau kencan santai. -
Bikin nostalgia tapi versi glow-up
Kalau kamu tumbuh di era jajanan SD, ini versi dewasanya. -
Owner dan staf ramah
Bahkan bisa kenalan, ngobrol, dan tanya rahasia bikin topping anti-muai.
Tips Buat First-Timer:
-
Datang agak awal (sekitar jam 6 sore) biar gak terlalu ngantri.
-
Jangan malu buat minta “topping dikit aja” kalau kamu gak suka terlalu manis.
-
Bawa teman, biar bisa coba banyak varian dan sharing.
-
Jangan parkir sembarangan. Satpam sekitar gak segan usir kalau terlalu liar.
Dan kalau kamu suka, upload ke IG. Siapa tahu ditawarin jadi food reviewer dadakan.
Penutup: Pancong Lumer Bulungan, Sebuah Rasa yang Tidak Hanya Meleleh di Lidah
Sebagai pembawa berita sekaligus pencinta kuliner kaki lima, saya percaya bahwa kekuatan makanan bukan hanya di rasa. Tapi di momen yang dibangunnya.
Dan Pancong Lumer Bulungan menyatukan semuanya:
-
Rasa tradisional yang dimodernisasi
-
Harga bersahabat tapi rasa istimewa
-
Vibe lokal yang tidak bisa dibeli di tempat lain
Kadang, satu gigitan pancong bisa membawa kamu ke masa kecil. Kadang, ia membuat malam jadi terasa hangat. Dan kadang, kamu tidak butuh alasan rumit untuk menikmati sesuatu yang sederhana tapi bikin bahagia.
Jadi, kapan kamu terakhir kali makan pancong?
Baca Juga Artikel dari: Mengenal Lo Bak Go: Kue Tradisional Nanastoto dengan Rasa yang Memikat
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food