Ada suara yang tak pernah gagal bikin air liur menetes: “krek” saat gigi menggigit lapisan kulit babi yang super garing. Diikuti dengan lapisan lemak tipis yang langsung meleleh di mulut, lalu daging yang juicy dan berbumbu. Inilah sensasi makan samcan garing—hidangan ikonik yang sering kali hadir diam-diam di balik etalase kaca restoran Tionghoa, tapi meninggalkan jejak yang sulit dilupakan di kepala, dan perut.
Samcan garing adalah sebutan lokal untuk crispy pork belly, bagian perut babi (belly) yang dimasak dengan teknik khusus hingga kulitnya “meletup” ketika digigit, tapi bagian dalamnya tetap lembut. Bagi penggemar daging, ini bisa dibilang comfort food. Bagi mereka yang penasaran, samcan garing sering jadi pintu masuk ke dunia kuliner babi yang penuh teknik dan cerita.
Saya pertama kali mencoba samcan garing waktu SMA, diajak teman ke sebuah restoran Tionghoa legendaris di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Awalnya skeptis—karena pikirannya masih soal “ini lemak banget, ya?” Tapi begitu potongan pertama masuk mulut, semua keraguan lenyap. Yang ada cuma kekaguman. Dan mungkin… kecanduan ringan.
Tapi tunggu dulu. Samcan garing bukan sekadar daging babi goreng. Proses pembuatannya panjang, kadang butuh 2 hari. Inilah kenapa, setiap potongannya seperti karya seni: crispy yang presisi, tekstur yang sempurna, dan bumbu yang menyatu hingga ke serat daging.
Di Balik Kecrispy-an Samcan: Teknik dan Tradisi yang Tak Bisa Asal
Salah satu alasan samcan garing sulit ditiru di rumah adalah karena teknik memasaknya memang rumit. Bukan rumit karena bahan—tapi karena presisinya.
Samcan biasanya diproses dalam tiga tahap besar:
1. Marinasi dan Perebusan Awal
Potongan perut babi dimarinasi dengan bumbu sederhana: garam, lada, kadang bawang putih dan cuka. Lalu direbus dalam air bumbu selama 1–2 jam hingga empuk. Rebusan ini juga menghilangkan bau amis dan membuat lapisan lemak mencair sebagian.
2. Pengeringan Kulit
Nah, ini bagian krusial. Setelah direbus, kulit bagian atas dilubangi-lubangi pakai tusukan (buat nanti bisa meletup), lalu dijemur atau disimpan di kulkas terbuka semalaman agar benar-benar kering. Kulit yang basah = gagal crispy.
3. Pemanggangan atau Penggorengan
Metode ini tergantung versi. Ada yang pakai oven suhu tinggi (roast), ada juga yang digoreng dalam minyak banyak. Teknik roast lebih umum di restoran high-end, karena hasilnya lebih bersih dan garing merata tanpa terlalu berminyak.
Seorang chef di restoran Chinese BBQ di Kelapa Gading pernah bilang ke saya, “Lu bisa tahu samcan bagus dari suara kulitnya pas diketuk. Harus kayak kaca tipis.” Dan memang benar. Samcan yang gagal biasanya kulitnya keras atau liat, bukan garing meletup.
Yang menarik, di beberapa kota besar seperti Medan, Surabaya, hingga Pontianak, setiap tempat punya variasi samcan sendiri. Ada yang ditambah saus hoisin, ada yang dilapisi madu, ada pula yang menyajikannya kering total tanpa saus sama sekali. Tapi satu benang merahnya: semua mengincar tekstur sempurna.
Menyantap Samcan Garing: Murni, dengan Nasi, atau ala Fusion?
Samcan garing adalah makanan yang fleksibel. Ia bisa jadi bintang utama, teman lauk, atau bagian dari hidangan fusion modern. Tergantung cara penyajian dan pendampingnya.
1. Samcan Garing dengan Nasi Putih
Simpel, klasik, dan nggak pernah gagal. Samcan dipotong tebal-tebal, disajikan di atas nasi panas, kadang ditambah kuah kaldu bening atau telur rebus kecap. Cocok buat makan siang, terutama saat lagi lapar-laparnya.
2. Samcan + Saus Manis-Pedas
Restoran modern sering menambahkan saus seperti honey garlic, sambal matah, atau sambal bawang. Ini bikin kontras antara gurihnya lemak dan pedasnya saus—kaya rasa, tapi tetap balance.
3. Samcan dalam Burger atau Roti
Beberapa tempat di Bali dan Bandung bahkan menyajikan crispy pork belly dalam bentuk burger. Dagingnya jadi patty utama, ditambah acar, mayo, dan roti brioche. Inovatif? Banget. Enak? Lebih banget.
4. Samcan ala Jepang dan Korea
Restoran Jepang kadang menyajikan samcan versi mereka dalam bentuk kakuni atau pork belly shoyu braise—lebih lembut, tidak crispy. Tapi beberapa izakaya menyajikan versi garingnya dalam donburi. Di Korea, potongan pork belly dikenal sebagai samgyeopsal, meski biasanya tidak digoreng garing, namun digrill dan disantap dengan daun perilla.
Satu hal yang pasti: samcan garing bisa adaptif. Mau dinikmati tradisional atau modern, dia tetap menggoda. Kayak teman SMA yang dulu nerd tapi ternyata glow-up parah waktu reuni.
Di Mana Mencari Samcan Garing Terbaik? Panduan Pecinta Lemak Garing
Kalau kamu serius ingin menjelajah dunia samcan, Indonesia punya banyak destinasi menarik. Dari warung kaki lima sampai restoran bintang lima. Berikut beberapa rekomendasi dari pengalaman pribadi dan cerita komunitas foodies:
1. Bakmi Agoan (Jakarta)
Meski terkenal dengan bakminya, mereka punya samcan garing yang disajikan sebagai topping. Garing, tipis, dan pas banget buat jadi side dish.
2. Pig Me Up (Bali)
Restoran spesialis pork yang punya burger samcan garing dengan sambal matah. Fusion yang sukses. Porsinya cukup besar, tapi bakal habis juga.
3. Nasi Campur Babi Pontianak 138 (Medan)
Nasi campur legendaris ini punya samcan dengan tekstur sangat crispy tapi nggak bikin langit-langit mulut luka. Dagingnya juicy, dan kombinasi dengan char siu-nya bikin puas.
4. Hawker Chan versi non-halal (Singapura & Batam)
Kalau kamu traveling, coba versi samcan mereka yang ada di cabang-cabang non-halal. Porsinya kecil, tapi kualitas kulit garingnya hampir selalu konsisten.
Catatan penting: tidak semua tempat mencantumkan “samcan” di menu. Kadang tertulis sebagai “crispy pork”, “pork belly”, atau bahkan “siu yuk”. Jadi, jangan ragu bertanya ke pelayan atau kasir.
Dan kalau kamu mau coba masak sendiri di rumah, mulailah dari versi oven dulu. Karena deep frying samcan butuh skill dan keberanian mental menghadapi letupan minyak yang lebih horor dari drama Korea.
Samcan dalam Budaya Kuliner dan Tantangan Isu Halal-Haram
Kita nggak bisa bahas samcan tanpa menyentuh konteks sosialnya. Di Indonesia, makanan berbasis babi bukan pilihan semua orang. Banyak komunitas menghindarinya karena alasan kepercayaan, budaya, atau kesehatan. Itu sepenuhnya valid dan perlu dihormati.
Namun, samcan tetap punya tempat penting dalam budaya kuliner Tionghoa-Indonesia. Dalam banyak acara keluarga, Imlek, atau even pernikahan adat Tionghoa, samcan atau siu yuk jadi bagian dari hidangan utama. Biasanya disajikan dengan hiasan bunga, buah, dan lauk lain sebagai simbol kemakmuran dan keseimbangan.
Ada juga tantangan dari sisi regulasi. Beberapa resto harus memastikan pemisahan dapur dan transparansi penggunaan babi agar konsumen tidak keliru. Di sisi lain, beberapa resto kreatif mencoba menghadirkan “samcan versi halal” menggunakan daging ayam atau sapi—dengan teknik mirip, tapi rasa jelas beda.
Perdebatan antara autentik vs adaptif ini menarik. Dan, seperti banyak makanan lainnya, samcan menunjukkan bahwa kuliner bukan sekadar soal rasa—tapi juga identitas, pilihan, dan keberagaman.
Penutup: Samcan Garing, Sebuah Perjalanan Rasa dari Tradisi ke Tren Modern
Samcan garing bukan hanya soal daging garing yang enak. Ia adalah hasil dari teknik yang telaten, budaya yang panjang, dan eksperimen yang terus berjalan.
Ia bisa jadi comfort food atau bintang utama. Bisa disajikan dalam nasi sederhana atau roti artisanal. Bisa ditemukan di warung gang sempit atau restoran rooftop dengan harga fancy.
Dan bagi banyak orang, samcan bukan cuma makanan. Tapi semacam kenangan: tentang rumah, tentang keluarga, atau tentang momen pertama kali jatuh cinta pada sensasi kulit garing yang nyaris sempurna.
Karena, jujur aja, dalam dunia kuliner, tidak banyak yang bisa menyatukan suara “krek!” dengan kebahagiaan yang begitu universal.
Baca Juga Artikel dari: Feng Zhao: Lezatnya Ceker Ayam Saus Manis Bikin Ketagihan
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food