Jakarta, blessedbeyondwords.com – Ketika mendengar kata Scotch Egg, mungkin kamu membayangkan camilan berisi telur dan lapisan daging. Tapi tunggu dulu. Ini bukan snack biasa. Ini makanan dengan sejarah, banyak versi, dan—anehnya—penuh kontroversi.
Scotch Egg adalah makanan khas Inggris yang terdiri dari telur rebus (biasanya setengah matang), dibalut daging cincang (umumnya sosis), lalu dilapisi remah roti dan digoreng atau dipanggang. Di atas kertas? Terdengar sederhana. Tapi kenyataannya, menciptakan Scotch Egg yang sempurna bisa menjadi latihan presisi dan intuisi.
Pertama kali saya mencoba Scotch Egg adalah saat liputan kuliner musim semi di East London. Salah satu chef street food veteran bilang, “Kalau kamu bisa bikin Scotch Egg yang pas—kuningnya tetap lembut, lapisan daging matang, dan coating-nya crispy—berarti kamu paham apa artinya memasak dengan presisi.”
Dan sejak itu, saya nggak pernah melihat Scotch Egg sebagai sekadar camilan. Ini adalah comfort food yang dibungkus dalam tantangan teknik.
Asal-Usul yang Membingungkan: Dari London ke India dan Kembali Lagi?
Seperti banyak makanan klasik, kisah asal-usul Scotch Egg juga penuh drama. Ada yang bilang makanan ini pertama kali dibuat oleh Fortnum & Mason, department store mewah di London, sekitar tahun 1738. Konon, makanan ini dibuat untuk para pelancong aristokrat agar mereka punya bekal bergizi yang bisa dimakan dingin selama perjalanan.
Namun ada pula yang percaya bahwa Scotch Egg punya akar dari India—terinspirasi oleh hidangan Nargisi Kofta, yakni telur rebus yang dibalut daging cincang dan dimasak dalam saus kari. Diperkenalkan oleh orang Inggris yang kembali dari India ke tanah airnya. Versi ini masuk akal jika melihat pengaruh besar budaya kuliner kolonial Inggris.
Dan kenapa disebut “Scotch”? Nah, ini masih jadi misteri. Makanan ini bahkan tidak berasal dari Skotlandia. Ada teori bahwa “scotching” adalah istilah kuno dalam teknik masak, seperti membumbui atau membungkus makanan. Tapi tidak ada bukti kuat yang benar-benar menjelaskan nama tersebut.
Apapun versi yang kamu percaya, satu hal pasti: Scotch Egg sudah menjadi bagian penting dari kuliner Inggris, baik sebagai makanan pub, camilan untuk piknik, atau bahkan sajian brunch di kafe hipster.
Anatomi Scotch Egg: Lebih dari Sekadar Telur dalam Jaket Daging
Bicara soal Scotch Egg, tidak lengkap tanpa membedah komponen-komponennya. Ya, secara teknis hanya ada tiga lapisan: telur, daging, dan remah roti. Tapi detailnya? Di sanalah letak seninya.
1. Telur
Biasanya digunakan telur ayam berukuran medium, dimasak soft-boiled selama 6 menit agar kuningnya masih lumer. Tapi ada juga yang memakai telur matang sempurna—semuanya kembali ke selera.
Di Inggris, ada tren memakai telur puyuh mini untuk membuat Scotch Egg versi bite-size yang imut dan cocok untuk acara cocktail.
2. Lapisan Daging
Daging sosis babi adalah standar klasik, diberi sedikit herba seperti thyme, parsley, sage, atau bahkan mustard grain. Tapi banyak variasi modern yang pakai:
-
Ayam cincang untuk versi halal
-
Daging sapi atau kambing untuk rasa lebih kuat
-
Jamur cincang untuk versi vegetarian
Kunci di sini adalah tekstur: cukup lembut untuk membungkus telur tanpa pecah, tapi tidak terlalu lembek hingga mudah copot saat digoreng.
3. Coating / Breadcrumb
Biasanya digunakan panko atau remah roti kasar agar hasil akhirnya renyah. Prosesnya: daging yang membungkus telur dicelupkan ke telur kocok, lalu digulingkan ke remah roti. Bisa diulang dua kali untuk hasil ekstra crispy.
Setelah itu? Digoreng dalam minyak panas sekitar 170°C selama 5–7 menit, atau dipanggang dalam oven untuk versi lebih sehat.
Saya pernah ikut demo masak Scotch Egg di sebuah sekolah kuliner di Jakarta. Chef-nya bilang, “Tantangan paling besar? Menjaga agar kuning telur tetap lumer tapi lapisan luar matang sempurna. Dan kalau kamu berhasil, kamu layak bangga.”
Scotch Egg di Era Modern: Variasi, Inovasi, dan Versi Lokal yang Tak Terduga
Hari ini, Scotch Egg bukan lagi milik eksklusif orang Inggris. Dari pasar malam di Asia Tenggara hingga brunch bar di New York, variasi dan inovasi Scotch Egg semakin tak terbendung.
Beberapa Inovasi Seru yang Pernah Saya Coba (atau Temui di Lapangan):
-
Rendang Scotch Egg: Lapisan daging sapi dengan bumbu rendang khas Padang. Digoreng garing, disajikan dengan sambal lado hijau. Pedas, gurih, dan super unik.
-
Korean Scotch Egg: Dibalut gochujang mayo dan ditaburi biji wijen panggang. Perpaduan antara tekstur barat dan rasa umami khas Korea.
-
Japanese Katsu Egg: Menggunakan panko lebih tebal, disajikan dengan saus tonkatsu dan kubis parut. Favorit di kafe Jepang di area Jakarta Selatan.
-
Vegan Scotch Egg: Telur diganti dengan tofu padat atau ‘telur vegan’ berbasis chickpea, dagingnya dari jamur portobello dan buncis, coating tetap panko. Rasanya surprisingly tasty dan cocok untuk lifestyle sehat.
Bahkan beberapa foodpreneur lokal mulai menjual Scotch Egg versi frozen sebagai camilan siap goreng di rumah. Dengan kemasan menarik dan nama-nama lucu seperti “Scotchcoy”, makanan ini kini masuk daftar snack kekinian di media sosial.
Dan siapa sangka, tren ini juga mulai masuk ke dunia catering, dari resepsi pernikahan gaya industrial sampai jamuan keluarga. Karena selain enak, Scotch Egg juga estetik saat dipotong dan disajikan.
Resep dan Tips Praktis Bikin Scotch Egg Sendiri di Rumah
Kalau kamu tertarik mencoba membuat Scotch Egg sendiri, kabar baiknya: ini bukan makanan sulit—tapi memang butuh sedikit kesabaran dan latihan.
Resep Scotch Egg Sederhana (Versi Home-Cook Friendly)
Bahan:
-
4 butir telur ayam ukuran sedang (rebus 6 menit, lalu rendam air es)
-
300 gr daging ayam/sapi/sosis siap pakai (campur dengan bumbu sesuai selera)
-
1 sdt garam, lada, dan sedikit pala bubuk
-
1 sdt mustard (opsional)
-
2 butir telur untuk celupan
-
100 gr tepung terigu
-
150 gr panko atau remah roti kasar
-
Minyak untuk menggoreng
Cara Membuat:
-
Kupas telur rebus dengan hati-hati. Pastikan kuningnya tetap utuh.
-
Ambil daging cincang, pipihkan di telapak tangan (atau plastik wrap), letakkan telur di tengah, lalu balut rata. Jangan terlalu tebal.
-
Gulingkan ke tepung, celup ke telur kocok, lalu balut remah roti.
-
Panaskan minyak di wajan dalam, goreng hingga coklat keemasan (5–6 menit).
-
Tiriskan, potong dengan pisau tajam, dan… nikmati.
Tips:
-
Gunakan plastik wrap saat membungkus telur agar hasilnya rapi.
-
Jangan langsung goreng dari kulkas—biarkan suhu ruang dulu agar matang merata.
-
Mau panggang? Bisa! 200°C selama 20–25 menit.
Scotch Egg juga cocok disajikan dengan saus mustard, saus sambal, atau bahkan sambal matah kalau kamu suka sentuhan lokal. Sebagai sarapan, snack sore, atau lauk dadakan—ini makanan yang fleksibel banget.
Penutup: Scotch Egg, Bukti Bahwa Makanan Klasik Bisa Terus Hidup dan Berubah
Scotch Egg bukan hanya makanan yang enak di lidah, tapi juga menarik secara budaya dan teknik. Ia lahir dari tradisi Inggris, sempat jadi simbol kelas atas, lalu turun ke jalanan dan sekarang naik lagi ke meja-meja fine dining. Evolusinya luar biasa.
Di tengah gempuran tren makanan viral, Scotch Egg justru bertahan karena dua hal: rasa dan versatilitas. Dan sekarang, makanan ini mulai menemukan rumah baru di Asia, termasuk Indonesia—beradaptasi, berinovasi, dan tetap disukai.
Jadi, kalau kamu belum pernah coba, ini saatnya. Dan kalau kamu sudah pernah, mungkin sekarang waktunya bikin versi kamu sendiri.
Karena seperti kata pepatah modern: “Everything gets better with an egg. Especially when it’s wrapped in sausage and fried to perfection.”
Baca Juga Artikel dari: Malva Pudding: Si Manis Hangat dari Afrika Selatan Mulai Dicintai
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food