Jakarta, blessedbeyondwords.com – Ada satu lauk di Indonesia yang hampir semua orang pernah cicipi, entah saat makan di rumah, warteg, hingga restoran: tempe orek. Hidangan ini sederhana, terbuat dari tempe yang dipotong kecil lalu digoreng atau ditumis dengan bumbu kecap manis, cabai, dan bawang. Tapi jangan remehkan kesederhanaannya—tempeorek punya kekuatan nostalgia.
Bagi sebagian orang, tempe orek mengingatkan pada bekal sekolah yang selalu dibungkus ibu di kertas minyak. Bagi mahasiswa rantau, ia sering jadi penyelamat akhir bulan saat dompet menipis. Bahkan untuk pekerja kantoran, tempeorek yang dijual di warteg dekat kantor bisa jadi lauk favorit yang menenangkan hati setelah seharian penat.
Saya pernah bertemu seorang driver ojek online yang bercerita: “Kalau makan tempeorek, rasanya kayak pulang kampung. Walau lagi di kota besar, tiba-tiba ingat masakan ibu.” Kalimat itu menggambarkan betul bagaimana makanan sederhana bisa jadi jembatan emosi.
Tempe orek bukan sekadar lauk tambahan, melainkan representasi kultur kuliner Indonesia—murah, bergizi, mudah dibuat, tapi penuh makna.
Sejarah dan Filosofi di Balik Tempe Orek
Tempe, bahan utama dari tempe orek, sudah jadi bagian penting dalam kuliner Jawa sejak berabad-abad lalu. Fermentasi kedelai yang menghasilkan tempe diperkirakan sudah dikenal sejak abad ke-17, terutama di Jawa Tengah. Dari situ, tempe berkembang menjadi bahan makanan pokok rakyat.
Orek sendiri merujuk pada teknik masak menumis tempe dengan bumbu sederhana. Biasanya menggunakan bawang putih, bawang merah, cabai, gula, dan kecap manis. Filosofi “orek” adalah memanfaatkan bahan seadanya tapi tetap bisa menghasilkan rasa enak. Dalam tradisi Jawa, ini dianggap bentuk kreativitas dapur: sederhana tapi penuh cinta.
Ada dua jenis tempe orek yang populer:
-
Tempe Orek Basah – Tempe dimasak agak berkuah dengan bumbu kecap dan cabai. Rasanya lebih lembut, cocok dimakan dengan nasi hangat.
-
Tempe Orek Kering – Tempe dipotong tipis, digoreng renyah, lalu dicampur bumbu pedas manis hingga awet disimpan berhari-hari. Versi ini sering jadi bekal perjalanan jauh.
Tak heran, tempe orek sering disebut sebagai lauk yang bisa “menjembatani” generasi—dari nenek hingga cucu, semua mengenalnya.
Resep Tempe Orek – Dari Dapur Rumahan hingga Restoran
Membuat tempe orek sebenarnya tidak sulit. Bahkan, banyak yang menjadikannya menu andalan ketika bingung masak apa. Berikut resep dasar tempeorek basah yang umum disajikan di rumah:
Bahan:
-
250 gram tempe, potong dadu kecil
-
2 siung bawang putih, iris tipis
-
3 siung bawang merah, iris tipis
-
3 buah cabai merah, iris serong
-
1 sdm gula merah sisir
-
3 sdm kecap manis
-
1 lembar daun salam
-
½ sdt garam
-
½ sdt kaldu bubuk (opsional)
-
Minyak goreng secukupnya
Cara Membuat:
-
Goreng tempe hingga setengah kering, tiriskan.
-
Tumis bawang putih, bawang merah, cabai, dan daun salam sampai harum.
-
Masukkan tempe goreng, aduk rata.
-
Tambahkan kecap manis, gula merah, garam, dan sedikit air.
-
Masak hingga bumbu meresap. Sajikan hangat.
Untuk versi kering, tempe biasanya diiris tipis seperti korek api, lalu digoreng garing. Setelah itu baru dicampur bumbu gula jawa cair, cabai, dan sedikit asam jawa agar tidak cepat melempem.
Beberapa restoran modern bahkan memodifikasi resep ini. Ada yang menambahkan kacang tanah goreng, ada juga yang mencampurnya dengan teri medan. Hasilnya? Tempeorek naik kelas, cocok jadi camilan sekaligus lauk.
Tempe Orek dalam Kehidupan Sehari-hari
Kalau diperhatikan, tempe orek hadir di hampir semua konteks kuliner Indonesia.
-
Di rumah: sering jadi lauk andalan ibu-ibu karena praktis, murah, dan bisa dimakan siapa saja.
-
Di warteg: hampir selalu ada, disajikan bersama nasi, sayur asem, dan sambal. Kombinasi sederhana tapi bikin ketagihan.
-
Di acara hajatan: tempe orek kering sering hadir sebagai lauk pelengkap nasi kotak.
-
Di sekolah atau kantor: tempeorek kering jadi bekal favorit karena tahan lama, tidak gampang basi.
Bahkan di restoran bintang lima, tempe orek bisa tampil elegan. Saya pernah melihat menu “Sweet Soy Glazed Tempe” di sebuah restoran fusion Jakarta—yang sebenarnya tidak lain adalah tempeorek versi modern, disajikan dengan plating mewah.
Kehadirannya yang fleksibel ini menunjukkan bahwa tempe orek bukan sekadar makanan rakyat kecil, melainkan kuliner yang bisa menyesuaikan diri dengan zaman.
Nutrisi dan Nilai Gizi Tempe Orek
Selain rasanya yang nikmat, tempe orek juga kaya nutrisi. Tempe sendiri terkenal sebagai sumber protein nabati yang tinggi, bahkan disebut “dagingnya orang Indonesia”. Kandungan proteinnya bisa mencapai 18–20 gram per 100 gram tempe.
Ditambah lagi, proses fermentasi kedelai menghasilkan probiotik alami yang baik untuk pencernaan. Tempe juga kaya vitamin B12, kalsium, dan zat besi—nutrisi yang jarang ada pada bahan nabati lain.
Namun, ada catatan penting. Tempe orek yang digoreng dan dimasak dengan kecap manis tentu memiliki tambahan gula dan minyak. Untuk versi lebih sehat, Anda bisa membuat tempeorek tanpa digoreng, cukup ditumis dengan minyak sedikit. Atau menggunakan kecap rendah gula.
Meski begitu, bila dikonsumsi seimbang, tempeorek tetap jadi lauk bergizi yang bisa masuk ke menu harian siapa pun, termasuk vegetarian.
Tempe Orek di Mata Dunia dan Masa Depannya
Dalam beberapa tahun terakhir, tempe mulai mendunia. Banyak restoran vegan internasional menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Di Belanda, Inggris, hingga Amerika, tempe kini bisa ditemukan di supermarket besar.
Dengan tren plant-based food yang semakin naik, ada kemungkinan besar tempe orek juga ikut melanglang buana. Bayangkan suatu hari nanti, turis asing di Bali tidak hanya mengenal nasi goreng atau sate, tapi juga jatuh cinta pada tempeorek manis pedas.
Seorang chef asal Jepang pernah menulis di majalah kuliner bahwa tempe orek mengingatkannya pada tsukudani—hidangan Jepang dari ikan atau daging kecil yang dimasak dengan kecap manis hingga awet. Kesamaan rasa ini membuktikan, tempeorek punya potensi diterima secara global.
Mungkin suatu saat nanti, tempeorek bisa menjadi “ikon kuliner nasional” yang menyaingi rendang dan nasi goreng. Mengapa tidak? Ia punya keunikan, cerita panjang, dan rasa yang universal.
Kesimpulan
Tempe orek adalah bukti bahwa kuliner sederhana bisa punya makna mendalam. Dari dapur ibu rumah tangga hingga restoran modern, dari warteg jalanan hingga hotel bintang lima, tempeorek selalu menemukan tempatnya.
Rasanya yang gurih-manis, harganya yang murah, dan kandungan gizinya yang tinggi membuat tempeorek pantas disebut sebagai salah satu lauk paling ikonik di Indonesia.
Lebih dari itu, tempe orek adalah cerita—tentang nostalgia masa kecil, tentang kehangatan rumah, tentang budaya kuliner yang membumi tapi tak pernah ketinggalan zaman.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food
Baca Juga Artikel Dari: Urap Ubi Ungu: Lezat, Bergizi, dan Penuh Warna Alami