Jakarta, blessedbeyondwords.com – Martabak di Indonesia punya banyak wajah. Ada martabak manis yang identik dengan topping cokelat kacang keju, ada pula martabak telur yang gurih dan mengenyangkan. Namun, di antara varian itu, ada satu yang sering bikin penasaran: Martabak Mesir.
Berbeda dari martabak telur biasa, Martabak Mesir menghadirkan isian daging sapi cincang atau kambing yang dibumbui dengan rempah khas Timur Tengah, seperti jintan, kayu manis, kapulaga, hingga lada hitam. Hasilnya adalah cita rasa gurih-aromatik yang berbeda dari martabak telur tradisional.
Seorang penggemar kuliner fiktif dari Jakarta pernah berkata: “Martabak Mesir itu kayak bawa lidah saya jalan-jalan ke Kairo, padahal cuma nongkrong di pinggir jalan Sudirman.” Ungkapan sederhana itu merangkum daya tarik kuliner ini—lokal tapi beraroma global.
Asal-Usul Martabak Mesir
Martabak sendiri adalah makanan yang punya sejarah panjang.
-
Jejak dari Timur Tengah
Kata martabak diyakini berasal dari bahasa Arab mutabbaq yang berarti “lipat”. Hidangan serupa martabak memang sudah lama ada di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan. -
Masuk ke Nusantara
Melalui jalur perdagangan dan perantau Arab-India, martabak akhirnya masuk ke Indonesia. Dari situ, muncul berbagai adaptasi sesuai daerah. -
Martabak Mesir sebagai Cerminan Akulturasi
Varian ini disebut “Mesir” karena rempah dan cita rasanya terinspirasi dari kuliner Timur Tengah, meski sebenarnya bukan makanan asli Mesir. Ia adalah hasil kreativitas pedagang di Indonesia yang ingin menawarkan sesuatu yang lebih aromatik dan kaya rasa.
Apa yang Membuat Martabak Mesir Berbeda?
Kalau sekilas dilihat, Martabak Mesir tampak mirip dengan martabak telur. Namun begitu digigit, sensasinya jelas berbeda.
1. Isian Kaya Rempah
Isinya bukan sekadar daging sapi cincang, tapi dibumbui dengan jintan, kayu manis, kapulaga, cengkeh, hingga ketumbar. Perpaduan ini menghadirkan rasa gurih dengan aroma hangat dan sedikit manis khas Timur Tengah.
2. Tekstur Padat dan Mengenyangkan
Adonan kulit tetap tipis, tapi isiannya lebih banyak dibanding martabak telur biasa. Tidak heran, seporsi Martabak Mesir seringkali bisa cukup untuk berbagi.
3. Saus Pelengkap
Kalau martabak telur biasanya ditemani acar dan cabai rawit, Martabak Mesir kadang dipadukan dengan kuah kari atau saus tomat pedas.
4. Aroma Unik
Saat digoreng, aroma rempah yang keluar bikin siapa pun sulit menolak. Bahkan dari kejauhan, baunya bisa langsung dikenali.
Anekdot: seorang turis Malaysia pernah bilang, “Di sini saya merasa Martabak Mesir lebih Mesir daripada martabak di Mesir sendiri.” Itu menggambarkan bagaimana adaptasi lokal bisa menciptakan rasa yang unik.
Proses Pembuatan Martabak Mesir
Membuat Martabak Mesir bukan sekadar memasukkan daging ke dalam adonan. Ada seni dan detail yang membuatnya istimewa.
Tahap Pembuatan:
-
Adonan Kulit
Terbuat dari campuran tepung, air, garam, dan sedikit minyak. Dibanting dan direntangkan sampai tipis elastis. -
Isian Daging
Daging sapi cincang ditumis dengan bawang bombay, bawang putih, rempah khas Timur Tengah, dan sedikit telur agar lebih padat. -
Pelipatan
Adonan kulit dibentangkan, isian diletakkan di tengah, lalu dilipat jadi bentuk kotak. -
Penggorengan
Digoreng dengan minyak panas hingga kecokelatan. Bagian luar renyah, bagian dalam lembut dan penuh rasa.
Sentuhan Rahasia
Beberapa penjual menambahkan rempah rahasia, misalnya bubuk kari atau pala, untuk memberi aroma yang lebih kompleks.
Martabak Mesir di Indonesia – Dari Warung hingga Restoran
Martabak Mesir bisa ditemukan di banyak kota besar di Indonesia, biasanya dijual bersama martabak telur dan martabak manis.
-
Versi Warung Kaki Lima
Dijual di pinggir jalan dengan aroma yang menguar menggoda. Harganya terjangkau, cocok untuk makan malam bersama keluarga. -
Versi Restoran Arab atau Timur Tengah
Disajikan lebih premium, sering dengan tambahan saus kari atau yogurt. -
Inovasi Modern
Ada juga yang membuat Martabak Mesir mini, martabak dengan keju tambahan, atau bahkan versi frozen yang bisa digoreng sendiri di rumah.
Anekdot: seorang food blogger di Bandung menulis, “Martabak Mesir di warung ini harganya cuma Rp30 ribu, tapi rasanya bikin saya serasa duduk di kafe Kairo.”
Nilai Gizi dan Sensasi Mengenyangkan
Selain lezat, Martabak Mesir juga cukup bernutrisi.
-
Protein: dari daging sapi atau kambing.
-
Karbohidrat: dari kulit martabak yang berbahan tepung.
-
Vitamin dan Mineral: dari bawang, telur, dan rempah.
-
Kalori: tentu cukup tinggi, jadi lebih cocok sebagai menu makan malam atau sharing bersama.
Karena porsinya besar, Martabak Mesir sering dianggap sebagai makanan yang ideal untuk disantap rame-rame.
Martabak Mesir dan Cerita di Baliknya
Lebih dari sekadar makanan, Martabak Mesir adalah cerita tentang bagaimana kuliner bisa jadi jembatan budaya.
-
Simbol Akulturasi
Rempah khas Arab berpadu dengan gaya masakan Indonesia menciptakan sesuatu yang baru. -
Makanan Sosial
Martabak Mesir jarang dimakan sendirian. Biasanya disajikan di tengah meja, dipotong-potong, lalu dibagi bersama teman atau keluarga. -
Ritual Malam Kota
Di banyak kota, makan martabak sudah jadi tradisi malam hari. Martabak Mesir menambah variasi rasa dalam ritual tersebut.
Kesimpulan: Martabak Mesir, Hidangan dengan Jiwa Global
Martabak Mesir adalah bukti bahwa makanan bukan hanya soal rasa, tapi juga tentang perjalanan budaya. Ia lahir dari tradisi Timur Tengah, berkembang di Indonesia, dan kini jadi ikon kuliner yang punya penggemar setia.
Dengan rasa gurih-rempah yang kaya, Martabak Mesir bukan hanya mengenyangkan perut, tapi juga membawa pengalaman lintas budaya dalam satu gigitan.
Bagi siapa pun yang ingin merasakan kuliner khas dengan sentuhan berbeda, Martabak Mesir adalah pilihan sempurna. Karena pada akhirnya, makanan terbaik adalah yang bisa menghubungkan kita—dari dapur kecil di pinggir jalan hingga festival besar di belahan dunia lain.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food
Baca Juga Artikel Dari: Ayam Bawang Putih: Rahasia Masakan Naik Level