JAKARTA, blessedbeyondwords.com – Dalam tiap suapan Baba Ghanoush, ada jejak asap, sentuhan asam, dan kehalusan yang membungkus lidah secara lembut. Bagi banyak orang di Timur Tengah, hidangan ini lebih dari sekadar olesan. Ia adalah pelengkap meja makan, pengikat suasana, dan bukti bahwa rasa bisa muncul dari kesederhanaan.
Nama Baba Ghanoush sendiri terdengar eksotis dan agak jenaka, tapi artinya cukup romantis. Dalam bahasa Arab, “Baba” berarti ayah dan “Ghanoush” bisa dimaknai sebagai sesuatu yang manja atau lembut. Ada yang menyebutkan bahwa nama ini terinspirasi dari seorang kakek yang sangat menyukai hidangan ini dan ingin membagikannya kepada orang banyak.
Tentu saja, tak ada bukti pasti soal legenda itu. Tapi satu hal yang jelas, Baba Ghanoush adalah makanan yang lahir dari dapur-dapur rumah di Levant—wilayah yang kini meliputi Lebanon, Suriah, Palestina, dan Yordania.
Bahan-Bahan yang Menentukan Rasa Asli Baba Ghanoush

Tak seperti hummus yang berbahan dasar kacang Arab, Baba Ghanoush justru menggunakan terong panggang sebagai bahan utamanya. Rasa smokey yang menjadi ciri khas utamanya didapat dari cara memanggang terong langsung di atas api terbuka atau arang, bukan sekadar di oven.
Berikut komponen utama Baba Ghanoush:
-
Terong ungu besar: Dipanggang hingga kulit gosong dan daging dalamnya menjadi lembut.
-
Tahini: Pasta biji wijen yang memberi rasa kacang dan tekstur creamy.
-
Bawang putih: Memberi aroma tajam dan rasa gurih alami.
-
Air lemon segar: Menambahkan asam yang menyeimbangkan rasa.
-
Minyak zaitun: Disiram di atas adonan untuk rasa dan kelembutan ekstra.
-
Garam dan jinten bubuk (opsional): Menyesuaikan selera dan gaya daerah.
Beberapa versi menambahkan yogurt untuk tekstur lebih ringan, atau peterseli cincang untuk aroma segar.
Cara Membuat Baba Ghanoush ala Dapur Tradisional
Meski terlihat sederhana, proses membuat Baba Ghanoush punya sentuhan khusus yang membuat perbedaan besar. Kuncinya ada pada panggang terong hingga benar-benar gosong di luar tapi creamy di dalam. Inilah yang memberikan rasa asap khas dan tekstur yang benar-benar meleleh di mulut.
Langkah Membuat:
-
Panggang terong utuh di atas api terbuka (kompor atau arang) hingga kulitnya hitam dan mengelupas. Balik sesekali agar matang merata.
-
Dinginkan, lalu kupas kulit gosongnya. Buang air yang keluar agar tidak pahit.
-
Haluskan daging terong dengan garpu, jangan diblender agar teksturnya tetap rustic.
-
Tambahkan tahini, bawang putih halus, air lemon, garam, dan aduk rata.
-
Sajikan di atas piring, siram dengan minyak zaitun, dan taburi peterseli cincang atau biji delima untuk garnish.
Disajikan dengan roti pita hangat atau sayuran segar, Baba Ghanoush siap menjadi bintang pembuka meja makan.
Cita Rasa yang Lembut, Asap, dan Tak Terlupakan
Sensasi saat menyendok Baba Ghanoush pertama kali adalah kombinasi rasa lembut, gurih, sedikit pahit, dan aroma asap yang menghantam lidah dengan halus. Tidak terlalu kuat, tidak juga hambar—seimbang di setiap sisi.
Kelebihannya dibandingkan hummus adalah kadar kalori yang lebih rendah dan rasa yang lebih kompleks. Karena berbasis sayur, Baba Ghanoush juga cocok untuk vegan dan orang yang menjalani pola makan rendah karbohidrat.
Salah satu jurnalis kuliner lokal pernah menulis bahwa BabaGhanoush adalah “versi elegan dari mashed eggplant yang disulap dengan sentuhan Mediterania.”
Asal Usul dan Nilai Budaya di Baliknya
Makanan ini bukan sekadar sajian pembuka. Di banyak rumah tangga Levant, Baba Ghanoush menjadi hidangan wajib saat jamuan, buka puasa, atau makan malam keluarga. Ia disajikan dalam mangkuk kecil bersama berbagai jenis mezze lainnya seperti hummus, labneh, tabbouleh, dan falafel.
Nilai sosial dari Baba Ghanoush juga tinggi. Membuatnya sering kali menjadi aktivitas bersama—satu orang memanggang, satu orang mencincang, satu lagi meracik bumbu. Di meja makan, proses menyendok dan menyantapnya bersama menjadi simbol keakraban.
Baba Ghanoush di Indonesia: Mulai Dikenal dan Dicari
Meski belum sepopuler hummus, Baba Ghanoush mulai muncul di restoran Timur Tengah dan Mediterania di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, hingga Bali. Restoran Turki atau Lebanon biasanya menyajikannya dalam menu pembuka.
Bahkan beberapa pengusaha kuliner lokal mulai menjual BabaGhanoush versi homemade dalam kemasan toples, lengkap dengan pita chips untuk menemani. Ini membuktikan bahwa lidah Indonesia bisa cocok dengan rasa smoky dan creamy yang khas.
Menariknya, banyak vegetarian dan pelaku food combining mulai mengadopsi BabaGhanoush sebagai menu camilan sehat atau spread untuk sandwich.
Menikmati Baba Ghanoush sebagai Gaya Hidup
Lebih dari sekadar makanan, Baba Ghanoush kini juga mulai dikaitkan dengan gaya hidup sehat. Karena tinggi serat, rendah kalori, dan kaya antioksidan dari terong, hidangan ini dianggap cocok untuk pola makan mindful eating.
Beberapa influencer makanan sehat bahkan mulai merekomendasikan BabaGhanoush sebagai pengganti saus tinggi lemak seperti mayones atau keju krim.
Bukan tidak mungkin, dalam waktu dekat BabaGhanoush akan menjadi ‘the next avocado toast’—tren kuliner sehat yang estetik, enak, dan bergizi.
Jelajahi Artikel Lain yang Tak Kalah Menarik Tentang: Food
Baca juga artikel lainnya: Nasi Bakar: Hidangan Tradisional Penuh Aroma dan Rasa
