Kue Rangi Betawi

Kue Rangi Betawi: Jajanan Tradisional yang Bikin Nostalgia Manis

Jakarta, blessedbeyondwords.com – Jakarta selalu punya cerita, bukan hanya soal gedung pencakar langit dan lalu lintas yang padat, tapi juga soal kuliner tradisional yang masih bertahan di tengah modernisasi. Salah satunya adalah Kue Rangi Betawi, jajanan sederhana berbahan dasar kelapa dan tepung sagu yang disajikan dengan saus gula merah kental.

Bayangkan aroma wangi kelapa yang dipanggang di atas tungku arang, berpadu dengan manis gurih saus gula merah. Teksturnya renyah di luar, lembut di dalam. Itulah keunikan Kue Rangi—cemilan yang sering disebut juga “sagu rangi”.

Bagi banyak orang, Kue Rangi bukan sekadar makanan, melainkan memori masa kecil. Seorang ibu di Tanah Abang bercerita, “Dulu setiap pulang sekolah, saya selalu mampir ke abang penjual Kue Rangi di depan gang. Harganya murah, rasanya nikmat, dan selalu bikin kangen sampai sekarang.”

Kini, meski sudah jarang ditemui di jalanan Jakarta, Kue Rangi tetap jadi simbol kuliner Betawi yang otentik.

Sejarah Kue Rangi Betawi: Dari Gang Kecil ke Ikon Kuliner

Kue Rangi Betawi

Sejarah Kue Rangi Betawi berakar dari budaya masyarakat Betawi yang kaya akan olahan kelapa dan gula merah. Nama “rangi” diyakini berasal dari kata “renggi” atau “rengginang” karena teksturnya yang agak mirip renyah.

Awalnya, Kue Rangi dibuat sebagai camilan keluarga dengan bahan sederhana: kelapa parut dan tepung sagu. Bahan ini mudah didapat di pasar tradisional dan harganya terjangkau. Para pedagang kaki lima kemudian mulai menjualnya di pasar, sekolah, hingga pinggir jalan.

Puncak popularitas Kue Rangi ada di era 1980-1990-an. Kala itu, hampir setiap kampung di Jakarta punya penjual Kue Rangi dengan gerobak kecil. Mereka biasanya memanggang adonan di cetakan besi di atas arang, lalu menyiramnya dengan saus gula merah kental yang diberi sedikit tepung kanji agar lebih lengket.

Namun, seiring berkembangnya zaman, Kue Rangi makin sulit ditemui. Pergeseran gaya hidup dan munculnya jajanan modern membuat pamornya menurun. Meski begitu, komunitas pecinta kuliner Betawi terus berusaha menjaga eksistensinya.

Anekdot menarik datang dari seorang pemuda Jakarta yang sempat mencoba menjual Kue Rangi lewat aplikasi daring. Ternyata, responsnya cukup besar, terutama dari generasi yang ingin bernostalgia.

Bahan dan Proses Membuat Kue Rangi

Membuat Kue Rangi Betawi sebenarnya cukup sederhana, namun butuh kesabaran agar hasilnya renyah dan wangi.

Bahan Utama:

  • 200 gram kelapa parut agak muda

  • 100 gram tepung sagu tani

  • Sejumput garam

  • Air secukupnya

Saus Gula Merah:

  • 150 gram gula merah

  • 1 sdm gula pasir

  • 1 sdt tepung kanji (larutkan dengan sedikit air)

  • 200 ml air

  • Daun pandan untuk aroma

Cara Membuat:

  1. Campur kelapa parut, tepung sagu, dan garam. Tambahkan sedikit air hingga adonan bisa dipadatkan.

  2. Panaskan cetakan Kue Rangi (mirip cetakan serabi atau pan kecil). Olesi dengan sedikit minyak.

  3. Masukkan adonan, tekan-tekan agar padat, lalu panggang hingga kecokelatan.

  4. Untuk saus, rebus gula merah, gula pasir, dan daun pandan hingga larut. Tambahkan larutan tepung kanji agar mengental.

  5. Sajikan Kue Rangi panas-panas dengan saus gula merah kental di atasnya.

Tekstur renyah dari kelapa yang dipanggang berpadu manis legit saus gula merah menciptakan sensasi sederhana tapi bikin nagih.

Seorang mahasiswa perantau di Depok mengaku, membuat Kue Rangi jadi cara melepas rindu rumah. “Kalau kangen Jakarta, aku bikin Kue Rangi di kos. Walau rasanya nggak seenak abang-abang, tapi lumayan mengobati kangen.”

Filosofi dan Makna Kue Rangi bagi Masyarakat Betawi

Kue Rangi bukan hanya jajanan, tapi juga punya makna filosofis. Bagi masyarakat Betawi, makanan sederhana ini mencerminkan karakter mereka: apa adanya, jujur, dan bersahaja.

  • Sederhana tapi kaya rasa – Meski bahan murah, rasa yang dihasilkan tetap istimewa.

  • Kebersamaan – Dulu, Kue Rangi sering jadi camilan anak-anak sepulang sekolah, dinikmati bersama teman di gang kampung.

  • Warisan budaya – Kehadirannya jadi pengingat bahwa Jakarta tidak hanya modern, tapi juga punya tradisi kuliner yang perlu dijaga.

Ada cerita dari seorang budayawan Betawi yang berkata, “Kalau mau tahu karakter orang Betawi, coba makan Kue Rangi. Dari situ kita bisa lihat bagaimana kesederhanaan bisa jadi sesuatu yang indah.”

Kue Rangi di Era Modern: Bertahan atau Punah?

Kini, Kue Rangi memang tidak sepopuler dulu. Namun bukan berarti ia hilang begitu saja.

a. Penjual Tradisional

Masih ada beberapa penjual Kue Rangi legendaris di kawasan Tanah Abang, Cempaka Putih, dan Condet. Mereka tetap setia menggunakan arang agar aroma khasnya terjaga.

b. Festival Kuliner

Di beberapa festival kuliner Betawi, Kue Rangi hampir selalu hadir. Hal ini jadi cara melestarikan kuliner tradisional di tengah gempuran makanan modern.

c. Versi Modern

Beberapa café di Jakarta mulai mengkreasikan Kue Rangi dengan topping modern, seperti keju, cokelat, atau bahkan matcha. Meski menimbulkan pro dan kontra, inovasi ini membuat anak muda kembali tertarik mencoba.

d. Penjualan Online

Ada juga yang menjual Kue Rangi frozen agar bisa dinikmati di rumah. Tinggal dipanaskan, lalu disajikan dengan saus gula merah.

Anekdot menarik datang dari seorang penjual online yang mengatakan, “Banyak pembeli dari luar Jakarta, terutama perantau. Katanya Kue Rangi bikin mereka ingat kampung halaman.”

Tips Menikmati Kue Rangi Betawi

Agar pengalaman makan Kue Rangi lebih maksimal, ada beberapa tips yang bisa diikuti:

  1. Nikmati Selagi Hangat – Kue Rangi paling enak dimakan langsung setelah dipanggang.

  2. Padukan dengan Teh Hangat – Kombinasi manis legit dan teh hangat pahit menciptakan keseimbangan rasa.

  3. Coba Topping Modern – Kalau bosan dengan saus gula merah, bisa coba topping keju parut atau cokelat leleh.

  4. Jangan Simpan Terlalu Lama – Kue Rangi cepat kehilangan teksturnya, jadi sebaiknya habiskan segera.

Kue Rangi dan Identitas Jakarta

Kehadiran Kue Rangi di tengah modernitas Jakarta membuktikan bahwa identitas kuliner Betawi masih punya tempat. Sama seperti kerak telor atau kue ape, Kue Rangi adalah bagian dari wajah Jakarta yang penuh warna.

Banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Jakarta juga dibuat penasaran dengan jajanan ini. Mereka sering menyebutnya sebagai “Indonesian coconut pancake with palm sugar syrup”. Sederhana, tapi mengena.

Ke depan, tantangan terbesar adalah bagaimana generasi muda tetap melestarikan Kue Rangi. Apakah dengan membuka bisnis, membuat konten kuliner di media sosial, atau sekadar mengenalkannya pada anak-anak di rumah.

Kesimpulan

Kue Rangi Betawi adalah kuliner tradisional yang sederhana tapi penuh makna. Dengan bahan kelapa dan tepung sagu, ia berhasil menciptakan rasa renyah gurih yang berpadu manis legit saus gula merah. Dari gang kecil Jakarta hingga festival kuliner modern, Kue Rangi tetap hidup sebagai bagian dari identitas Betawi.

Meski pamornya meredup, ada harapan besar agar generasi sekarang kembali melirik jajanan ini. Karena sesungguhnya, menjaga Kue Rangi bukan hanya soal melestarikan makanan, tetapi juga menjaga memori kolektif masyarakat Jakarta.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Baca Juga Artikel Dari: Kue Ape: Jajanan Legendaris yang Selalu Bikin Rindu

Author