Coto Makassar

Coto Makassar: Sup Daging Khas Sulawesi Favorit Bosjoko

Ada satu momen yang tak pernah saya lupakan saat pertama kali menjejakkan kaki di Makassar: semangkuk coto hangat di pagi hari, disajikan dengan buras, lengkap dengan uap yang masih mengepul dan aroma rempah yang meninju hidung dengan lembut. Saya tahu saat itu juga, Coto Makassar bukan sekadar makanan—tapi warisan rasa dan budaya.

Bagi sebagian orang luar Sulawesi, coto mungkin hanya sup daging. Tapi setelah mencicipinya langsung di tempat asalnya, saya mengerti bahwa di balik semangkuk kuah cokelat keruh itu ada kisah sejarah, kearifan lokal, dan cinta yang dimasak dengan sabar.

Di artikel ini, saya ingin mengajak kamu menyelami dunia Coto Makassar. Bukan hanya sebagai sajian kuliner, tapi sebagai pengalaman budaya yang kaya dan menggoda.

Asal Usul dan Sejarah Coto Makassar

Coto Makassar

Coto Makassar berasal dari daerah Makassar, Sulawesi Selatan, dan sudah dikenal sejak zaman kerajaan Gowa. Makanan ini dulunya disajikan untuk para bangsawan dan pejuang, karena dipercaya mengandung kekuatan dan energi tinggi.

Coto bukan sekadar olahan daging. Ia adalah hasil fermentasi budaya: dari kuah berbasis kacang tanah, racikan rempah lokal, hingga cara memasaknya yang pelan dan penuh kesabaran.

Nama “Coto” sendiri diyakini berasal dari kata coto-cotoang dalam bahasa Makassar yang berarti mencacah atau memotong kecil—karena daging dan jeroannya dipotong kecil-kecil sebelum disajikan.

Sampai hari ini, Coto Makassar menjadi simbol kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan. Di acara keluarga, hajatan, hingga pertemuan politik, coto nyaris selalu hadir sebagai penanda keramahan dan kekuatan tradisi.

Coto vs Soto: Apa Bedanya?

Banyak orang luar Sulawesi mengira coto itu sama dengan soto. Padahal, beda banget!

  • Kuah coto menggunakan kacang tanah yang disangrai dan dihaluskan, memberikan tekstur yang lebih kental dan rasa gurih yang khas.

  • Rempahnya lebih intens, seringkali menggunakan ketumbar, jintan, kayu manis, dan lengkuas dalam takaran berani.

  • Daging dan jeroan sapi jadi bintang utama. Biasanya dimasak lama hingga lembut.

  • Disajikan dengan buras atau ketupat, bukan nasi seperti pada soto biasa.

Sementara soto sering terasa ringan dan segar, coto terasa dalam, pekat, dan mantap di lidah.

Komponen Utama Coto Makassar

Setiap elemen dalam semangkuk coto punya peran penting:

1. Daging dan Jeroan

Campuran daging sapi, usus, babat, hati, dan paru. Semua direbus lama dalam air kaldu hingga empuk dan menyatu dengan rempah.

2. Kuah Rempah

Terbuat dari:

  • Bumbu halus (bawang putih, bawang merah, ketumbar, jintan)

  • Serai, jahe, lengkuas

  • Sangrai kacang tanah yang dihaluskan

  • Air rebusan daging

Kuah ini dimasak lama, minimal 2–3 jam, agar bumbu dan lemak dari daging menyatu sempurna.

3. Buras atau Ketupat

Buras merupakan sejenis ketupat khas Bugis-Makassar yang dimasak dengan santan, dibungkus daun pisang, dan memberikan rasa gurih unik saat dimakan bersama coto.

4. Sambal Taoco

Inilah senjata rahasia coto. Sambal dari fermentasi kedelai asin yang ditumis dengan cabai rawit, menciptakan perpaduan pedas-gurih yang sulit ditolak.

Ritual Menyantap Coto: Bukan Asal Makan

Saat saya mampir ke warung coto legendaris di Jalan Gagak, Makassar, saya diajari cara “menikmati” coto oleh si empunya warung.

  1. Kunyah buras dulu, biar lidah netral.

  2. Ambil sesendok kuah, hirup dulu aromanya.

  3. Baru celupkan potongan buras ke kuah, lalu kunyah bersama daging.

  4. Jangan lupa tambah perasan jeruk nipis dan sambal taoco secukupnya.

Itu bukan aturan mati, tapi ritual kecil bosjoko yang bikin makan terasa lebih khusyuk dan penuh rasa.

Warung Coto Makassar Legendaris

Beberapa warung coto yang wajib kamu coba kalau berkunjung ke Makassar:

  • Coto Nusantara – kuahnya kental, rasa kacangnya mantap.

  • Coto Daeng Tata – terkenal dengan dagingnya yang besar-besar dan empuk.

  • Coto Paraikatte – favorit warga lokal, selalu ramai.

  • Coto Ranggong – generasi tua tetap bertahan dengan resep klasik.

Menurut Good News from Indonesia, warung-warung legendaris ini tidak hanya menjual makanan, tapi juga menjaga nyala tradisi yang hidup dari generasi ke generasi.

Membuat Coto Makassar Sendiri di Rumah

Kalau kamu jauh dari Makassar, jangan khawatir. Coto bisa dibuat sendiri di dapur rumah.

Bahan:

  • 500 gram daging sapi

  • 300 gram jeroan (babat, hati, paru)

  • 5 siung bawang putih

  • 7 siung bawang merah

  • 1 sdm ketumbar

  • 1 sdt jintan

  • 1 batang serai

  • 2 cm jahe

  • 2 cm lengkuas

  • 100 gram kacang tanah sangrai, haluskan

  • Garam dan gula secukupnya

Cara Membuat:

  1. Rebus daging dan jeroan hingga empuk. Tiriskan, potong kecil.

  2. Tumis bumbu halus + rempah hingga wangi.

  3. Masukkan ke air rebusan daging, lalu tambahkan kacang tanah halus.

  4. Masak kuah selama 1–2 jam.

  5. Masukkan daging dan jeroan kembali, masak hingga kuah kental.

  6. Sajikan dengan buras/ketupat, sambal taoco, dan jeruk nipis.

Kuncinya adalah kesabaran dan takaran rempah yang seimbang.

Coto Makassar Makassar dan Identitas Budaya

Buat orang Makassar, Coto Makassar lebih dari makanan. Ini adalah bagian dari identitas. Bahkan banyak warga perantauan yang bilang, “Kalau rindu rumah, cukup cari coto.”

Hidangan ini jadi representasi dari:

  • Ketangguhan (daging keras yang dimasak jadi lembut)

  • Keberagaman (karena campuran jeroan macam-macam)

  • Kesabaran (karena waktu masaknya panjang)

  • Kehangatan (karena disajikan dalam momen kumpul keluarga)

Makanya nggak heran kalau coto jadi makanan wajib di berbagai acara penting.

Coto dan Gaya Hidup Modern

Kini, coto hadir dalam berbagai versi:

  • Coto instan: dalam kemasan beku, tinggal panaskan

  • Coto food truck: menjangkau kota-kota besar

  • Coto vegan: tanpa jeroan, diganti protein nabati

Meski begitu, versi tradisional tetap jadi rujukan utama. Banyak orang masih rela antre berjam-jam demi semangkuk coto dari dapur asli.

Coto Makassar dalam Perspektif Nutrisi

Coto mengandung banyak protein dan lemak, cocok untuk makanan berat. Tapi karena mengandung jeroan, disarankan untuk tidak dikonsumsi terlalu sering bagi penderita kolesterol tinggi.

Tips sehatnya:

  • Gunakan daging tanpa lemak

  • Kurangi penggunaan santan di buras

  • Seimbangkan dengan sayur dan buah

Kenangan Personal: Coto dan Rasa Rumah

Bagi saya, coto punya makna emosional tersendiri. Ketika saya merantau ke luar negeri, ada momen-momen dingin saat saya benar-benar rindu rumah. Dan anehnya, saya selalu membayangkan aroma coto. Hangat, gurih, dan menenangkan.

Sampai suatu kali saya nekat bikin sendiri dengan bahan seadanya. Rasanya mungkin tidak otentik 100%, tapi cukup untuk mengobati rindu dan membuat saya merasa dekat dengan kampung halaman.

Penutup: Coto Makassar Adalah Warisan yang Bisa Dinikmati

Coto Makassar bukan hanya tentang rasa. Tapi juga tentang warisan, identitas, dan kisah yang mengalir di antara rempah dan daging.

Setiap sendok kuahnya membawa jejak sejarah panjang. Setiap potongan dagingnya adalah kerja keras tukang masak yang menjaga resep turun-temurun.

Jadi, kalau kamu belum pernah mencicipi Coto Makassar, jangan tunggu terlalu lama. Karena di sana, kamu tidak hanya akan menemukan makanan, tapi juga sepotong cerita tentang siapa kita.

Dessert time!! Jangan lupa juga coba kenikmatan: Laddu Viral: Jajanan Khas Bollywood Manisnya Kayak Crush

Author