Jakarta, blessedbeyondwords.com – Di sebuah kota kecil bernama Florence, Italia, lahirlah seni dingin bernama gelato — kata yang berarti “beku.”
Berbeda dengan es krim, gelato bukan sekadar pencuci mulut. Ia adalah simbol keindahan rasa, teknik, dan kesabaran.
Proses pembuatannya begitu personal, seperti puisi yang diaduk perlahan hingga mencapai keseimbangan antara manis dan lembut.
Di Indonesia, Ice Gelato kini menjadi tren kuliner premium. Dari kafe pinggir pantai Bali hingga coffee shop di Jakarta, gelato hadir dengan warna pastel dan cita rasa yang menenangkan — dari pistachio, hazelnut, hingga salted caramel.
Namun daya tarik sebenarnya bukan pada tampilannya, melainkan pada tekstur dan rasanya yang jujur.
Gelato tidak menutupi bahan bakunya — buah terasa buah, cokelat terasa cokelat.
Apa yang Membuat Ice Gelato Berbeda dari Es Krim?

Meski sering disamakan, gelato dan es krim adalah dua dunia yang berbeda.
| Aspek | Ice Gelato | Es Krim |
|---|---|---|
| Lemak Susu | Lebih rendah (4–8%) | Lebih tinggi (10–18%) |
| Udara (Overrun) | Sedikit, tekstur padat | Banyak, tekstur ringan |
| Suhu Sajian | Lebih hangat (sekitar -12°C) | Lebih dingin (sekitar -18°C) |
| Rasa | Lebih kuat dan pekat | Lebih creamy dan manis |
Karena suhu gelato lebih tinggi, rasa bahan aslinya lebih terasa.
Setiap sendok seakan membawa kita ke kebun stroberi, ladang kakao, atau kebun pistachio di Sisilia.
Rahasia Tekstur: Ilmu di Balik Lembutnya Gelato
Keajaiban gelato ada pada cara pengolahannya.
Alih-alih memakai banyak krim, pembuat gelato fokus pada proporsi susu, gula, dan udara.
Campuran diaduk perlahan (slow churning), menghasilkan tekstur lembut dan padat — tidak beku seperti es, tapi tidak selembek mousse.
Para gelatieri (pembuat gelato profesional) percaya bahwa suhu dan waktu adalah kunci.
Beberapa toko bahkan menggunakan bahan lokal agar tetap segar dan ramah lingkungan.
Misalnya, gelato rasa mangga harum manis, kopi Gayo, atau kelapa Bali — perpaduan tradisi Italia dan cita rasa tropis Indonesia.
Tren Gelato di Indonesia: Dari Canggu hingga Jakarta Selatan
Gelato kini telah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda urban.
Bukan hanya sekadar camilan, tapi juga simbol pengalaman kuliner yang estetis.
Beberapa spot legendaris yang terkenal antara lain:
-
Gaya Gelato (Bali): terkenal karena rasa alami tanpa pewarna buatan.
-
Locarasa (Jakarta): menawarkan gelato rasa lokal seperti klepon dan es doger.
-
Pesca Gelato (Bandung): dikenal karena konsep artisan gelato dengan topping buatan sendiri.
Selain itu, muncul tren vegan gelato, menggunakan susu almond atau oat milk.
Generasi muda kini mencari keseimbangan antara kenikmatan dan kesadaran lingkungan — dan gelato menjawab dua-duanya.
Cara Menikmati Ice Gelato Seperti Orang Italia
Menikmati gelato adalah ritual kecil yang penuh makna.
Berbeda dengan es krim yang sering dimakan cepat, gelato dimakan perlahan — dinikmati lapis demi lapis.
Tips menikmati gelato:
-
Pilih dua rasa berbeda — misalnya pistachio dan dark chocolate untuk kontras.
-
Gunakan sendok kecil, agar rasa meleleh perlahan di lidah.
-
Nikmati sambil berjalan, karena di Italia, gelato adalah teman sore yang menyenangkan.
-
Hindari topping berlebihan — biarkan rasa aslinya bersinar.
Gelato adalah tentang balance: tidak terlalu manis, tidak terlalu berat.
Hanya keseimbangan antara dingin, lembut, dan bahagia.
Anekdot: Ketika Gelato Menyatukan Dua Dunia
Ada kisah tentang seorang chef Italia bernama Marco yang pindah ke Bali dan membuka kedai kecil di Canggu.
Ia hanya menjual empat rasa gelato — vanilla bean, coconut, mango, dan espresso.
Suatu hari, seorang petani lokal datang menawarkan santan segar. Marco mencoba menggantinya dengan krim sapi.
Hasilnya? Rasa gelato menjadi lebih ringan dan alami, disukai banyak turis.
Kisah itu menjadi simbol bahwa gelato bukan sekadar resep, tapi adaptasi rasa lintas budaya.
Tren Masa Depan: Gelato Artisanal dan Inovasi Rasa
Di era digital, gelato tak lagi hanya dijual di toko fisik.
Kini muncul home gelato maker, kolaborasi dengan brand kopi, bahkan festival gelato tahunan di berbagai kota besar.
Tren rasa juga makin unik:
-
Matcha x Yuzu Fusion
-
Susu Jahe Gula Aren
-
Dark Rum Chocolate
-
Rosella Strawberry Blossom
Semua ini membuktikan bahwa gelato bukan sekadar pencuci mulut, melainkan karya seni kuliner.
Kesimpulan
Ice Gelato adalah definisi keindahan sederhana: dingin, lembut, dan penuh cinta pada detail.
Ia mengajarkan bahwa kebahagiaan bisa hadir dalam satu sendok kecil yang meleleh perlahan.
Dari Italia hingga Indonesia, gelato terus menembus batas rasa dan budaya — menjadikannya bukan hanya makanan, tapi pengalaman yang memanjakan semua indera.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Food
Baca Juga Artikel Dari: Kolak Pisang Ramadhan — Manisnya Tradisi yang Tak Pernah Padam di Setiap Bulan Suci
