Soto Tangkar

Soto Tangkar: Semangkuk Sejarah, Rempah, dan Rasa Jakarta

Ada satu siang di Kebayoran Lama yang gak akan pernah saya lupa. Saat itu Jakarta sedang panas-panasnya, dan saya, yang kehabisan tenaga setelah liputan ke tiga lokasi, duduk di sebuah bangku plastik merah. Di depan saya, gerobak kayu dengan cat mengelupas bertuliskan:

Soto Tangkar H. Dadang – Sejak 1978”

Saya pesan semangkuk, awalnya tanpa ekspektasi. Tapi begitu sendok pertama masuk ke mulut—boom. Dunia seolah berhenti sejenak.

Kuah santan yang ringan tapi kompleks. Potongan iga sapi rebus yang empuknya nyaris lumer. Wangi serai dan daun jeruk menari di lidah. Sambalnya… nyengat, tapi nagih. Saya hanya bisa menatap kosong sambil senyum. Sumpah, ini lebih dari sekadar makanan.

Dan di situlah saya jatuh cinta pada Soto Tangkar.

Apa Itu Soto Tangkar? Lebih dari Sekadar Soto Daging Biasa

Soto Tangkar

Asal Usul: Ketika Nama dan Rasa Punya Sejarah

Kata “tangkar” dalam bahasa Betawi artinya tulang iga. Dulu, di masa kolonial Belanda, masyarakat pribumi hanya kebagian bagian “tidak penting” dari sapi—seperti tulang dan lemak—karena daging utamanya dinikmati penjajah. Dari keterbatasan itulah, orang Betawi menciptakan soto yang khas: mengolah bagian tulang dengan rempah dan santan sampai jadi hidangan mewah rasa, meski sederhana isi.

Jadi, soto ini bukan sekadar makanan, tapi simbol kecerdikan dan ketahanan budaya.

Ciri Khas Soto Tangkar:

  • Kuah kuning-oranye dari santan dan kunyit, kadang lebih light dibanding soto Betawi biasa

  • Daging utama: iga sapi, bisa pakai daging sandung lamur atau tetelan

  • Rempah: lengkuas, kemiri, kunyit, ketumbar, bawang putih, bawang merah

  • Aromatik: daun jeruk, serai, daun salam

  • Pelengkap: emping goreng, tomat, bawang goreng, jeruk limo, dan sambal

Rasanya? Perpaduan Gurih, Hangat, dan Emosional

Saya tahu ini terdengar berlebihan, tapi makan Soto Tangkar tuh kayak pelukan dari nenek lo yang udah lama gak ketemu. Serius.

Kenapa Rasanya Unik?

  • Santan-nya gak berat: berbeda dari Betawi yang kadang terlalu creamy, tangkar lebih ringan dan cair, tapi tetap gurih

  • Rempahnya nggak malu-malu: terasa bold tapi tidak bikin eneg

  • Tekstur daging: empuk tapi tetap berkarakter—biasanya hasil rebusan 2–3 jam

  • Rasa nostalgic: mengingatkan pada masakan rumah di hari Minggu, lengkap dengan emping yang ditumbuk sendiri dan sambal cabe rawit ulek kasar

Anekdot: Saya pernah makan Soto Tangkar di Cipete, disajikan pakai nasi hangat, potongan kecil kentang goreng, dan sambal merah mentah. Rasanya seperti dibawa pulang ke rumah sendiri, padahal saya 30 km dari rumah.

Di Mana Bisa Temukan Soto Tangkar yang “Beneran”?

Meski termasuk kuliner Betawi, nyatanya tidak semua warung soto menyajikan. Banyak yang mencampur-campur antara soto Betawi dan tangkar tanpa pembedaan jelas.

Rekomendasi Tempat Soto Tangkar:

Soto Tangkar H. Ma’ruf – Cikini

  • Salah satu pelopor, sudah buka sejak era 1940-an

  • Rasa klasik, kuah ringan, daging melimpah

  • Tempat nyaman buat nostalgia

Soto Tangkar H. Bakrie – Tanah Abang

  • Favorit pekerja kantor dan ojol

  • Cita rasa pedesin dikit, cocok buat makan siang

Soto Tangkar Bang Dul – Kalibata

  • Versi lebih modern, ada topping paru goreng dan sambal hijau

  • Disajikan juga dengan ketupat, bukan cuma nasi

Warung Soto Tangkar Legendaris di Pasar Minggu

  • Gak punya nama resmi. Cuma tulisan “Soto Tangkar” di spanduk biru

  • Tapi antreannya bisa sampai tikungan

Anekdot: Di salah satu warung di Kemayoran, saya diajak nyicip soto tangkar pakai kerupuk kulit + nasi uduk. Fusion lokal banget. Tapi anehnya… enak! Si ibu bilang, “Orang Betawi mah suka ngarang kalau soal makan.” Dan itu terbukti.

Resep Soto Tangkar Rumahan: Bikin Sendiri? Bisa Banget!

Soto Tangkar

Buat kamu yang tinggal di luar Jakarta atau lagi pengin bereksperimen, berikut resep Ini versi praktis yang tetap otentik:

Bahan:

  • 500 gr iga sapi (boleh campur tetelan)

  • 400 ml santan cair

  • 2 batang serai

  • 4 lembar daun jeruk

  • 2 lembar daun salam

  • Minyak goreng secukupnya

Bumbu Halus:

  • 6 bawang merah

  • 4 bawang putih

  • 3 kemiri sangrai

  • 1 sdt ketumbar bubuk

  • 1 ruas kunyit, bakar

  • 1 ruas lengkuas

  • ½ sdt lada bubuk

  • Garam dan gula secukupnya

Cara Membuat:

  1. Rebus iga sapi hingga empuk (sekitar 1,5 jam). Angkat, tiriskan, sisihkan air kaldunya.

  2. Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan serai, daun salam, dan daun jeruk.

  3. Masukkan daging + air rebusan. Tambahkan santan. Masak sambil diaduk agar santan tidak pecah.

  4. Koreksi rasa. Sajikan panas dengan emping, sambal, dan jeruk limo.

💡 Tambahan ide: goreng sedikit bawang putih iris sebagai topping. Rasanya makin dalam!

Soto Tangkar dan Identitas Betawi yang Perlu Dijaga

Kenapa Soto Tangkar Penting?

  • Kuliner ini bukan cuma soal enak, tapi penanda identitas.

  • Di tengah Jakarta yang makin sibuk dan modern, Soto Tangkar jadi pengingat akan budaya lokal yang kaya dan perlu dilestarikan.

  • Banyak generasi muda yang bahkan belum pernah dengar nama soto ini, padahal rasanya bisa bersaing dengan ramen atau pho.

Peluang Bisnis dan Branding:

  • Soto Tangkar belum terlalu “komersial”—masih jarang ada versi instan atau kemasan frozen.

  • Bisa dijadikan produk oleh-oleh khas Betawi dalam bentuk siap saji.

  • Potensi besar untuk jadi next big thing di kuliner Jakarta bila dikemas secara kekinian.

Anekdot: Teman saya, food vlogger di TikTok, pernah upload video makan ini sambil pakai background sound Betawi modern. Dalam seminggu, view-nya tembus 500 ribu. Artinya? Banyak orang yang penasaran dan siap jatuh cinta.

Penutup: Soto Tangkar, Semangkuk Warisan yang Layak Dirayakan

Soto Tangkar bukan tren TikTok. Bukan juga makanan musiman. Ia adalah bagian dari napas panjang Jakarta. Dari dapur sederhana orang Betawi, dari tulang yang dulu dianggap sisa, lahirlah rasa yang membuat siapa pun merasa diterima dan dimanjakan.

Jadi, kapan terakhir kali kamu makan sesuatu yang tidak hanya mengenyangkan, tapi juga mengingatkanmu siapa kamu dan dari mana asalmu?

Karena kalau makanan bisa bicara, Soto Tangkar akan bilang:

“Gue emang sederhana, tapi gue punya rasa. Rasa rumah.”

Baca Juga Artikel dari: Mount Popa: Keindahan Alam dan Spiritual di Tengah Myanmar

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Food

Author