Saya masih ingat pertama kali mencicipi butter chicken. Itu bukan di restoran India mewah, tapi justru dari food court kecil yang menyajikan menu Asia Selatan. Dari luar, tampilannya mungkin terlihat biasa: kuah merah-oranye pekat, potongan ayam empuk, dan roti naan di sampingnya. Tapi begitu sendok pertama masuk ke mulut—wow. Rasanya creamy, kaya bumbu, dan hangat di tenggorokan. Saya langsung jatuh cinta.
Dan sejak saat itu, saya mulai mencari butterchicken di mana-mana. Dari restoran bintang lima sampai bikin sendiri di rumah, saya jadi “penggila” kari India satu ini. Ada yang bilang ini makanan biasa di India, tapi buat saya, butter chicken adalah comfort food sejati yang mampu menyatukan rasa dan kenangan.
Apa Itu Butter Chicken? Lebih dari Sekadar Kari Ayam
Butter chicken, atau dikenal dengan murgh makhani dalam bahasa Hindi, adalah salah satu hidangan paling ikonik dari India Utara. Diciptakan di Delhi pada tahun 1950-an, hidangan ini merupakan inovasi dari dapur restoran Moti Mahal, yang ingin memanfaatkan sisa ayam tandoori dengan mencampurkannya ke dalam saus berbasis tomat dan mentega.
Bahan utamanya sederhana:
-
Ayam yang dimarinasi dengan yogurt dan rempah-rempah
-
Saus krim dari tomat, mentega, dan krim segar
-
Campuran garam masala, kapulaga, kunyit, jahe, dan bawang putih
Tapi jangan salah, meskipun bahan-bahannya terdengar sederhana, rasa yang dihasilkan sangat kompleks dan menggugah.
Perbedaan Butter Chicken dengan Chicken Tikka Masala
Seringkali butter chicken disamakan dengan chicken tikka masala. Padahal, meskipun tampilannya mirip, keduanya berbeda.
Komponen | Butter Chicken | Chicken Tikka Masala |
---|---|---|
Asal | India | Inggris (diaspora India) |
Rasa | Lebih creamy, buttery | Lebih pedas dan berempah |
Krim | Menggunakan banyak krim | Biasanya lebih tomat dan rempah |
Warna | Oranye lembut | Merah lebih pekat |
Saya pernah iseng memesan kedua hidangan ini bersamaan. Dan ternyata, rasanya memang beda jauh. Butterchicken lebih cocok buat kamu yang suka rasa lembut dan tidak terlalu pedas.
Cara Memasak Butter Chicken di Rumah
Setelah coba versi restoran depobos, saya penasaran untuk memasaknya sendiri. Ternyata tidak terlalu sulit, tapi butuh kesabaran dan rempah lengkap. Ini resep yang biasa saya pakai:
Bahan untuk Marinasi:
-
500 gr daging ayam tanpa tulang, potong dadu
-
1 cup yogurt plain
-
1 sdt garam
-
1 sdt bubuk kunyit
-
1 sdt bubuk cabai
-
1 sdm air jeruk nipis
Bahan untuk Saus Butter Chicken:
-
2 sdm mentega
-
1 bawang bombay besar, cincang
-
2 sdm bawang putih dan jahe parut
-
3 buah tomat, blender halus
-
1 sdt garam masala
-
1 sdt ketumbar bubuk
-
½ sdt kapulaga
-
200 ml krim kental
-
1 sdm gula
-
Garam secukupnya
Cara Membuat:
-
Marinasi ayam semalaman.
-
Panggang atau bakar ayam hingga matang.
-
Tumis bawang bombay, jahe, dan bawang putih hingga harum.
-
Masukkan tomat, bumbu, gula, dan krim. Masak hingga mengental.
-
Tambahkan ayam yang sudah dipanggang. Masak bersama saus 10 menit.
-
Sajikan panas dengan nasi basmati atau roti naan.
Rasanya? Nggak kalah sama restoran. Asal pakai rempah asli, dijamin menggoda selera.
Popularitas Butter Chicken di Dunia
Butter chicken bukan hanya disukai di India, tapi juga di seluruh dunia. Restoran India di London, New York, Sydney, bahkan di Jakarta, hampir semuanya punya menu ini. Saya pernah coba butterchicken di tiga negara berbeda, dan walau rasanya bervariasi, esensi lembut dan kaya bumbunya selalu ada.
Di luar negeri, butterchicken juga sering dijadikan isian wrap, topping pizza, bahkan rasa mie instan! Ini membuktikan kalau butter chicken sudah jadi makanan global, bukan lagi eksklusif di restoran India.
Kombinasi Butter Chicken Terbaik: Dari Nasi sampai Naan
Kalau kamu tanya saya, apa pasangan terbaik butter chicken? Jawabannya tergantung mood. Kadang saya pilih nasi basmati yang harum. Kadang pakai naan hangat yang empuk dan bisa dicocol ke sausnya.
Beberapa kombinasi favorit saya:
-
Butter chi cken + naan + acar mangga
-
Butter chi cken + nasi basmati + raita (yogurt dengan mentimun)
-
Butter chi cken + chapati + salad bawang mentah
Oh ya, jangan lupa teh masala panas untuk melengkapinya. Kombinasi ini seperti pelukan hangat di hari hujan.
Butter Chicken di Indonesia: Apakah Sudah Populer?
Di Indonesia, saya lihat butter chicken makin dikenal luas. Banyak restoran India mulai menjamur, terutama di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Bali. Bahkan di beberapa mall, saya temukan food stall yang menjual butterchicken dengan paket hemat.
Saya sempat berbincang dengan pemilik restoran India di Jakarta Selatan. Dia bilang, “Orang Indonesia suka rasa kaya tapi nggak terlalu pedas. Jadi butterchicken cocok banget buat lidah lokal.” Bahkan dia bilang menu ini adalah best seller di restorannya.
Kalau kamu mau coba, restoran seperti Queen’s Tandoor menyediakan butter chicken otentik dengan kualitas tinggi.
Fakta Menarik Seputar Butter Chicken
Beberapa hal menarik yang saya pelajari:
-
Butter chicken diciptakan secara “tidak sengaja” dari sisa ayam tandoori.
-
Hidangan ini sering disebut sebagai “comfort food” India.
-
Dalam beberapa versi modern, butterchicken dibuat vegetarian dengan mengganti ayam menjadi paneer.
-
Restoran Moti Mahal di Delhi masih eksis sampai sekarang dan menjadi “tempat ziarah” para penggemar butter chicken.
Dan buat saya pribadi, makan butterchicken selalu membawa nostalgia dan kehangatan.
Tips Memilih Butter Chicken yang Enak
Kalau kamu makan di restoran, ada beberapa tanda butter chicken yang enak:
-
Sausnya kental dan tidak terlalu berminyak.
-
Rasa seimbang antara tomat, krim, dan rempah.
-
Ayamnya lembut dan meresap.
-
Warna oranye kemerahan alami, bukan hasil pewarna.
Saya pernah makan butter chicken yang sausnya terlalu encer dan hanya rasa tomat—langsung zonk. Jadi penting pilih tempat yang tahu cara memasaknya dengan benar.
Alternatif untuk Vegetarian
Buat teman-teman yang vegetarian, jangan khawatir. Butter chicken punya banyak versi nabati:
-
Paneer makhani: mengganti ayam dengan keju paneer
-
Tofu butter masala: dengan tahu sebagai pengganti daging
-
Mushroom butter curry: untuk rasa gurih alami
Saya pernah masak versi paneer, dan ternyata rasanya nggak kalah nikmat. Krim dan rempahnya tetap jadi bintang utama.
Apakah Butter Chicken Sehat?
Secara nutrisi, butterchicken mengandung:
-
Protein tinggi dari ayam
-
Lemak dari mentega dan krim
-
Vitamin dari tomat dan rempah
Tapi, karena penggunaan krim dan mentega cukup tinggi, konsumsi rutin perlu dibatasi. Saya biasanya hanya makan butter chicken sebulan sekali, sebagai reward di akhir minggu sibuk.
Kalau mau versi lebih sehat:
-
Kurangi jumlah krim
-
Ganti mentega dengan minyak zaitun
-
Tambahkan sayuran sebagai pelengkap
Dengan sedikit penyesuaian, butterchicken bisa jadi bagian dari pola makan seimbang.
Kesimpulan: Hidangan yang Menyatukan Rasa dan Kenangan
Butter chicken bukan cuma soal makanan. Buat saya, ini tentang kenangan. Tentang momen hangat bersama teman, atau waktu saya merasa down lalu makan butterchicken dan merasa lebih baik. Tentang petualangan rasa dari dapur India yang akhirnya sampai ke meja makan saya di Indonesia.
Setiap suapan mengingatkan saya bahwa makanan punya kekuatan untuk menyatukan budaya, melebur batas, dan membawa kenyamanan.
Kalau kamu belum pernah coba, saya sangat menyarankan butter chicken sebagai pintu masuk ke dunia kuliner India. Dan buat kamu yang sudah cinta seperti saya, mungkin ini saatnya kita belajar masak sendiri dan berbagi rasa dengan orang tersayang.
Mirip nama masakan India juga tapi ini dari Jepang, jangan lupa coba: Chicken Katsu Curry: Hidangan Hangat Paling Populer di Jepang